How can it be like this?
Can i used this apps?
Catatan Kecil
Kumpulan tugas perkuliahan..yang daripada hendak dibuang percuma, mending dibuang ke web. Semoga tidak percuma, dan semoga bermanfaat
Kamis, 21 Januari 2016
Senin, 02 Juni 2014
Kumpulan Resume HI ASPAS
Resume 1 :
Dampak Dinamika Regional Asia dan Domestik terhadap Kebijakan Luar Negeri
Indonesia
By : Dewi
Fortuna Anwar
Dalam artikel Dewi Fortuna
Anwar yang berjudul The Impact of
Domestic and Asian Regional Changes on Indonesian Foreign Policy menjelaskan
tentang dinamika domestik Indonesia yang bermula pada masa transformasi rezim.
Yaitu perubahan dari rezim orde lama menjadi orde baru. Pada masa itu ada
sejumlah perubahan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 tentang pemberdayaan DPR.
Kemudian setelah berakhirnya rezim orde baru, muncullah demokrasi pada tahun
2004. Pada saat itu, Indonesia mengakui adanya kebebasan berekspresi. Hingga
menimbulkan kritisan dari masyarakat sipil serta kebebasan dari media, yang
asalnya pada zaman orde baru, pers itu sungguh sangat dibatasi, maka pada zaman
demokrasi –karena ada kebebasan berpendapat atau berekspresi- semuanya
dibebaskan. Masyarakat bisa melakukan apapun dengan dalih kebebasan tersebut,
termasuk berdemo. Ketika politik domestik berubah mempengaruhi pembuatan
keputusan, mengenalkan prioritas nasional baru dan mempengaruhi bagaimana
prioritas tersebut berekspresi, dan perubahan dinamika regional yang juga
menghadapi beberapa re-alignment dalam hubungan ekternal Indonesia.
Performa ekonomi Indonesia selama
krisis 2008 menyebabkan terbentuknya citra baik Indonesia. Ditambah dengan
kebangkitan Cina dan India di kancah internasional. Indonesia perlu melakukan
adaptasi terhadap kebijakan luar negerinya. Hal tersebut dilihat dari
meningkatnya keterbukaan pemerintah Indonesia dalam membuka pintu kerjasama di
berbagai bidang terutama ekonomi. Mengingat potensi Cina yang begitu besar. Pada
saat itu, Indonesia lebih memperbaiki hubungan dengan Cina guna untuk
menyeimbangkan kekuatan atau counter
balancing. Setelah itu, sekarang Indonesia lebih berfokus pada ASEAN dengan
mengikuti berbagai macam kegiatan seperti halnya East Asean Summit serta G-20.
Kemudian,
Indonesia dengan Australia pun menjalin kerja sama terutama dalam permasalahan
politik dan keamanan melalui penandatanganan Agreement on the Framework for Security cooperation (Lombok Treaty) pada
tahun 2006 dan mulai berlaku sejak Februari 2008. Ketertarikan Indonesia dengan
negara-negara Asia lain juga semakin kuat setelah diadakannya kesepakatan
pembentukan kerjasama ASEAN plus Three antara
negara-negara anggota ASEAN dengan Cina, Jepang dan Korea Selatan sebagai
rancangan kawasan Asia Timur yang baru. Akan
tetapi, bagaimanapun Indonesia berharap besar pada ASEAN, banyak pihak yang
meragukan bahwa ASEAN benar akan mampu menjadi batu pijakan bagi kebijakan luar
negeri Indonesia. Hal ini terutama karena sejarah yang mencatat bahwa dinamika
hubungan di ASEAN seringkali terhambat akibat ketidakseimbangan peran dan
kontribusi dari setiap negara. Hal inilah yang seringkali dipandang oleh
beberapa pakar bahwa kerjasama ASEAN tidak memiliki prospek jangka panjang bagi
Indonesia sehingga lebih baik memprioritaskan kerjasama Asia Timur yang juga
merangkul kekuatan-kekuatan eksternal Asia-Pasifik lainnya terutama Australia,
Selandia Baru, India, Cina, dan Amerika Serikat bersama-sama dengan rekan
kerjasama lainnya.
Proses pembuatan kebijakan luar negeri
Indonesia saat ini secara signifikan dipengaruhi oleh desakan rakyat. Pada masa
perundingan perjanjian kerjasama pertahanan dan ekstradisi bilateral dengan
Singapura pada 2007, misalnya, kedua pihak negara sudah mencapai kata sepakat
namun gagal diwujudkan ke dalam perjanjian yang sah akibat penolakan dari dalam
negeri Indonesia. Kebijakan Indonesia pada zaman dulu adalah politik bebas
aktif. Dengan dipengaruhi rakyat, kerja sama bilateral dengan singapura pada
tahun 2007. Dengan berhasil mengajukan resolusi DK 1747 terkait sanksi Iran. Meskipun
pada dasarnya kebijakan luar negeri Indonesia tersebut menimbulkan polemik
akibat ketidakselarasan dengan aspirasi di dalam negeri. Karena sebenarnya
didalam negeri muncul tekanan agar Indonesia menolak resolusi tersebut
mengingat kekerabatan dengan Iran sebagai sesama negara dengan populasi Muslim
yang besar berada diambang keretakan.
Resume 2:
China in the Asia Pacific
By: Remy
Davison
Dalam artikel China in the Asia Pacific ini penulis
menceritakan bagaimana hubungan Cina dengan negara-negara di Asia Pasifik
seperti Taiwan, Jepang, Korea Utara, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Pertama ia
menceritakan kemunculan Cina yang diawali dengan Mao Zedong. Yaitu dengan
pembentukan RRC atau Republik Rakyat Cina kemudian perlawanan Kuomintang,
persaingan dengan Taiwan, Perang Korea, Sino-Soviet Split. Kemudian pada masa
Deng Xiaoping, kebijakannya lebih berfokus pada kebijakan ekonomi. Yaitu
kebijakan ekonomi “open door”, penetapan Zona Ekonomi Spesial dan dilanjut
dengan masa Ziang Zemin. Pada saat itu, Cina melakukan normalisasi perdagangan
antara AS dan Cina. Cina masuk sebagai anggota WTO pada periode presiden Bush,
kemudian mengadakan china Trade Relations Act.
Salah satu hal yang dilakukan
Cina untuk kembali mendekati AS adalah dengan membangun hubungan harmonis
antara kedua negara. Hubungan tersebut menyebabkan munculnya isu “one China”,
yaitu sekitar tahun 1972. Dimana Amerika mengemukakan tiga pernyataan resmi dan
salah satunya adalah dukungan terhadap Cina dalam masalah Taiwan. Akan tetapi,
perbedaan pendapat dan kepentingan antara AS dan Cina dalam hubungan tersebut
menyebabkan ketidak harmonisan hubungan mereka. Kemudian
berbagai peristiwa seperti pemboman kedutaan Cina di Belgrade oleh Amerika pada
1999, tabrakan pesawat kedua negara pada 2001, penolakan Cina akan intervensi
militer Amerika terhadap Irak, dukungan Cina terhadap Korea Utara dan program
nuklirnya serta berbagai perbedaan pandangan lainnya menunjukkan bahwa hubungan
antara Cina dan Amerika mudah pecah dan menyebabkan persaingan antara kedua
negara, karena belakangan ini Cina lebih mengarah pada posisi multilateralis
Rusia dan Prancis.
Sebelum Cina
bergabung dengan WTO, Cina sudah bekerjasama dengan berbagai perusahaan asing,
hingga menempati posisi 51 persen. Sedangkan setelah masuk WTO, Cina harus
mengikuti berbagai aturan yang ada di WTO. Misalnya peraturan dana pensiun
dan keamanan tetap ketat, kepemilikan perusahaan asing dibatasi yaitu 33 persen
pada sektor ini dan pada akhir tahun 2004 meningkat menjadi 49 persen. Seiring
berjalannya waktu Cina semakin mengalami masalah dalam berbagai sektor keuangan
terutama selama periode turbulensi keuangan internasional. Sehingga dapat
dikatakan semenjak Cina masuk kedalam WTO dan pertumbuhan integrasi dengan
pasar dunia menunjukkan bahwa kepentingan nasional dan preferensi kebijakan
Cina semakin dipengaruhi dan dibatasi oleh ekonomi politik global.
Sebenarnya, kepentingan
nasional dan preferensi kebijakan Cina ini lebih dipengaruhi dan dibatasi oleh
ekonomi politik global. Karena dilihat sekilas pun, rata-rata kerja sama Cina
dengan berbagai negara lain, memang sudah terlihat lebih fokus pada ekonomi.
Misalnya, cina berusaha memperbaiki hubungan bilateral dengan beberapa negara
anggota ASEAN dengan membangun kerja sama di bidang ekonomi, militer dan
keamanan transnasional. Kemudian ia menggunakan ASEM sebagai forum multilateral
untuk mencengah dominansi institusi-institusi internasional AS.
Terkait
hubungan Cina dengan Korea, semenjak ujicoba
nuklir Korea Utara tanggal 12 Februari 2013, hubungan Korea Utara dengan
masyarakat internasional kembli menegang, tindakan Korea Utara dianggap sebagai
pelanggaran serius oleh Dewan Keamanan PBB. Korea Utara ingin membatalkan gencatan senjata dengan Korea
Selatan yang mengakhiri perang Korea pada 1953. Dan yang terjadi sekarang
adalah justru sebaliknya, kunjungan
menteri luar negeri Amerika ke Cina, John Kerry, memperkuat kerja sama dengan
Cina dan membahas cara menangani ancaman agresif Korea Utara, mereka juga
membahas lebih lanjut rencana denuklirisasi di semenanjung Korea. Karena desakan dari
Amerika Serikat, Cina mulai memberikan tekanan kepada Korea Utara. Beberapa
kali kapal berbendera Cina ditahan oleh Korea Utara, terakhir sanksi yang
menginginkan diakhirinya program senjata nuklir diberikan kepada Korea Utara
dari Dewan Keamanan PBB, memperketat restriksi finansial dan menghancurkan
keinginannya untuk mengirim muatan yang dilarang. Cina sebagai aliansi utama
Korea Utara justru menginginan sanksi ini sepenuhnya diterapkan.
Dilihat dari berbagai aktivitas kerjasama Cina
dengan beberapa negara ASEAN serta negara lainnya, dalam hal ini berarti Cina memiliki
pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan kawasan, khususnya di Asia
Pasifik, yang kini dapat dikatakan menjadi ajang perebutan kepentingan
negara-negara besar. Kehadiran Cina sendiri di dalam perkembangan kawasan
mengancam Amerika Serikat, sebagai kekuatan hegemoni tradisional. Hubungan Cina
dan AS pun hanya sebatas tataran politik dan militer pada awalnya, saat Cina
mulai membuka hubungan kerjasama yang lebih didasarkan atas kepentingan nasional
pragmatis, bukan ideologi, kerjasama AS-Cina meluas hingga pada tataran
ekonomi.
Terdapat beberapa
perubahan perkembangan Cina dalam hubungan internasional, seperti perubahan
kepemimpinan pada CCP (Partai Komunis Cina) yang direpresentasikan oleh Wen
Jibao, Hu Jintao dan Jiang Zemin. Sebagaimana yang dinyatakan Li (2001) bahwa
para pemimpin Cina generasi keempat, merupakan orang-orang tekno-nasionalis
yang melakukan reformasi politik dengan modernisasi ekonomi dan teknologi.
Namun, modernisasi ini terhambat dengan pertumbuhan gerakan independen di
Taiwan.
Resume 3:
Japan in the Asia Pacific
By: Michael K.
Connors
Artikel ini diawali dengan
pembahasan Jepang yang menjadi tuan rumah dalam Piala Dunia pata tahun 2002
lalu. Dalam hal ini, Jepang berusaha menarik kembali perhatian masyarakat
internasional dengan menjadi tuan rumah dalam acara tersebut. Disini, Jepang tampil
sebagai kekuatan baru di dunia. Salah satunya adalah dengan kemajuan
teknologinya yang luar biasa.
Berbalik
menilik sejarah, kedatangan Komodor Perry “Black Ships” pada tahun 1853
menandai adanya keterlibatannya dengan dunia Barat. Pada saat itu Perry
menuntut jepang membuka diri untuk perdagangan. Dari tahun 1870-an sampai dengan
1940-an jepang bertindak sama dengan negara industrialisasi (Jerman dan
Italia), dalam hal itu disesuaikan dengan ideologi konserpatif dalam negeri
untuk memobilisasi penduduk jepang untuk menjadi industrialisasi, nasionalisme
dan dan ekspansi imperialisme. Dengan upaya untuk mengejar kekuatan besar di
Eropa, Jepang memperoleh kekuatan militer dan angkatan laut yang signifikan,
yang menyebabkan negaranya memenangkan Perang Sino-Jepang (1894-1895), Perang
Rusia-Jepang (1904-1905). Dari kemenangan tersebut Jepang kemudian mengambil
kendali dari Formosa di Taiwan dan Korea. Berbagai penindasan dan gerakan
kemerdekaan di negara-negara itu sangat parah dan tak kenal kompromi yang kian
memperburuk perang melawan China. Kemudian memperluas posisinya di Manchuria
menjadi aturan formal.
Paska runtuhnya Jepang dengan di bomnya Hiroshima dan
Nagasaki, jepang Jepang diuntungkan dengan menerima
hegemoni AS, dimana Jepang kemudian diindentifikasikan sebagai kekuatan
industri berorientasi barat. Selain itu AS juga mendukung masuknya Jepang
kedalam GATT dan PBB tahun 1950, OECD tahun 1964, dan terakhir yaitu pada tahun
1960, sebangian besar kesepakatan Jepang untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
dibawah payung keamanan AS merupakan hasil dari hubungan dekatnya dengan AS.
Kesepakan tersebut kemudian terkenal dengan nama Doktrin Yoshida dimana ada
tiga elemen utama yang dimuat di dalamnya, yaitu:
1. Berkonsentrasi
pada rehabilitas ekonomi melalui kerjasama dengan AS;
2. Memelihara
konsensus internal dalam pertumbuhan ekonomi dengan tidak ikut serta dalam
politik dan hubungan strategi internasional;
3. Menjamin
keamanan dari AS dengan memberikan hak bagi basis pertahanan AS di tanah Jepang
Sebenarnya kerja sama tersebut
dibangun demi perbaikan ekonomi Jepang, juga pengembalian nama baik Jepang yang
telah dicap sebagai ‘surrender’ di mata internasional. Melalui kerjasama dengan
Amerika Serikat, Jepang meraih kemudahan akses kerja sama ke dunia
internasional. hingga mampu mengembalikan reputasi serta memperbaiki
perekonomian negara mereka.
Selanjutnya hubungan Jepang
dengan Cina. Menurut Michael K Connors, Jepang memiliki kedekatan hubungan
diplomatik dengan Cina. Terutama di bidang ekonomi. Akan tetapi, hubungan
tersebut sempat tersendat dengan adanya security
treaty yang diadakan oleh Jepang dengan As. Dimana Jepang tunduk pada
kebijakan containment AS terhadap Cina, terlebih dengan dilakukannya hubungan
diplomatik antara Jepang dan Taiwan. Adapun masalah dalam hubungan Jepang dan
Cina yang harus segera diselesaikan antara lain :
1.
Masalah pengertian
sejarah
2.
Masalah Taiwan
3.
Masalah pulau
Diaoyu
4.
Masalah kerjasama
keamanan Jepang-AS
5.
Masalah kompensasi
perang
6.
Masalah peninggalan
senjata kimia Jepang di Cina.
Kemudian Jepang
juga memperluas kepentingannya dengan mengembangkan hubungan dengan perekonomian
Asia Tenggara pada 1960-an dan 1970-an dan semakin dikembangkan pada 1980-an. Hal
ini terutama didukung oleh AS,
yang pada awal 1950-an juga
mengakui pentingnya Asia Tenggara untuk rekonstruksi ekonomi Jepang yang
mengalami kehancuan pasca kekalahan dalam Perang Dunia II. Michael K.
Connors menyebutkan beberapa faktor mendorong Jepang untuk mencari peran yang
lebih aktif di wilayah tersebut pada pertengahan 1970-an. Pertama, dominasi ekonomi regional Jepang, terwujud dalam
membanjirnya ekspor, menciptakan ketimpangan nasionalis di sejumlah negara Asia
Tenggara pada awal 1970. Kerusuhan dan boikot terhadap impor Jepang terjadi di
Thailand dan Indonesia, misalnya. Menyadari
bahwa diplomasi ekonomi saja tidak cukup untuk menjaga hubungan baik dengan
Asia Tenggara, Jepang memulai diplomasi baru dengan tetangga-tetangganya
Asianya tersebut. Kedua, saat struktur kekuasaan di wilayah tersebut mulai
terurai, dengan kekalahan AS di Vietnam dan kemenangan komunis
di Indo-China, Jepang dipaksa untuk
memikirkan kembali posisinya.
Dilihat dari beberapa teori,
pada dasarnya Jepang ingin memperbaiki keadaan interen negaranya sendiri.
Karena pada saat itu Jepang mengalami kerusakan yang begitu banyak akibat
pemboman kedua wilayah tersebut. Menurut realisme, pada saat itu, Jepang
menggerakkan dirinya kearah normalitas jepang. Ia tidak ingin satu negara
lainpun yang mempengaruhi negaranya. Sedangkan neo-realisme melihat bahwa
Jepang berusaha menyeimbangkan kekuatan dengan dunia global. Menurut
liberalisme, Jepang lebih meningkatkan perannya. Hal tersebut dapat dilihat
dengan keterlibatan Jepang di beberapa organisasi termasuk menjadi tuan rumah
pada piala dunia tersebut. Guna untuk memberikan eksistensi Jepang di mata
dunia internasional. Terakhir, menurut radikalisme, adanya struktur hegemoni di
dunia internasional.
Resume 4 :
Keamanan Regional di Asia Pasifik
Source of
Conflict and Prospects for co-Operation
By : Jorn
Dosch
Sebelum berbicara keamanan
regional, perlu dipahami terlebih dahulu tentang konsep keamanannya itu
sendiri. Dalam artikel Jorn Dosch, disebutkan tentang konsep keamanan. Keamanan
dibagi menjadi dua, yaitu keamanan tradisional dan keamanan non-tradisional. secara
historis, keamanan diartikan sebagai hal yang mengancam kedaulatan negara dan
wilayah. Konsep tradisional atau hard
security ini disebut sebagai keamanan militer selama perang dingin sedang
berlangsung. Kemudian keamanan non-tradisional diartikan sebagai fenomena untuk
menghindari perang dan kekerasan militer. Keamanan non-tradisional ini mencakup
dimensi sosial dan bahkan indicidu. Contohnya adalah drug smuggling, piracy,
poverty merupakan sebuah masalah yang sangat terkait dengan keamanan dan stabilitas
regional itu sendiri. selain itu, muncul juga konsep human security. Karena saat ini konsep keamanan lebih memfokuskan
pada isu human security karena keamanan selama ini ditafsirkan kepada
perlindungan dari kepentingan nasional atau keamanan global dari ancaman
bencana nuklir. Seharusnya isu keamanan lebih menekankan kepada isu keamanan
manusia di kehidupan sehari-hari.
Adapun faktor penyebab konflik
antara lain :
1.
Banyaknya jumlah
negara berkembang
2.
Distribusi yang
tidak merata akan pembangunan ekonomi dan kemakmuran di berbagai wilayah
3.
Terdapat banyak
sengketa wilayah teritorial dan sumber daya
4.
Belum selesainya
konflik era perang dingin seperti konflik korea utara dan korea selatan
5.
Banyaknya masalah
lingkungan, migrasi dan isu-isu keamanan non-tradisional lainnya
6.
Tidak adanya
tatanan keamanan untuk wilayah yang luas.
Dalam artikel ini disebutkan
tentang Taiwan dan korea. Taiwan menjadi kawasan yang difokuskan dalam kajian
studi karena memiliki kekuatan yang cukup besar di daerah timur laut Asia.
Kekuatan tersebut diperoleh dari AS yang didukung Taiwan sebagai rival dari
RRC. Setelah tahun 1980-an perekonomian Taiwan pun meningkat secara dramatis,
terutama melalui perdagangan dan investasi langsung. Dalam hal ini, yang
mendasari Taiwan untuk memerdekakan diri dari cina adalah perbedaan ideologi. Kejadian
tersebut membuat perhatian
dunia terhadap kondisi keamanan antara Taiwan dan RRC menjadi semakin besar
hubungan antara keduanya semakin memanas walaupun Taiwan masih dibawah
kedaulatan RRC. Usaha usaha dengan diadakannya beberapa perjanjian juga
dilakukan dengan memasukkan konsep Taiwan berdiri mandiri dengan berada dibawah
kedaulatan RRC, namun beberapa negara menganggap bahwa Taiwan berhak untuk
merdeka dari RRC dan melaksanakan kepentingan negaranya sendiri tanpa campur
tangan dari pihak luar, karena bagaimanapun juga kedua negara berdaulat
tersebut adalah tonggak utama di dalam pasar Asia Timur dan sekitarnya,
sehingga dari pihak Barat sangat mendambakan kondisi yang kondusif antara kedua
negara tersebut.
Keadaan tersebut juga terjadi di
semenanjung Korea yang melibatkan pengaruh-pengaruh ideologi dalam memisahkan
kedua negara, Korea Selatan dan Korea Utara. Hal tersebut diperparah dengan
terjadinya perang sipil di tahun 1950-an yang membuat kondisi ekonomi kedua
negara menjadi tidak stabil. Namun Korea Selatan bangkit dengan inovasi-inovasi
ekonomi yang mereka lakukan dan kedekatan mereka dengan dunia Barat sehingga
dalam waktu singkat Korea Selatan jauh meninggalkan saudara lamanya, Korea
Utara dalam hal pembangunan dan pembenahan ekonomi. Hubungan keduanya sempat
kembali memanas akhir-akhir ini karena masalah perbatasan, Korea Utara
mengancam akan melepaskan nuklir kepada Korea Selatan, namun urung dilakukan.
Gagasan-gagasan reunifikasi pun sempat muncul terhadap konflik yang melanda
kedua negara ini, namun pihak Utara sama sekali tidak melunak dengan alasan
klasik yaitu ideologi yang berbeda. Menindak lanjuti permasalahan tersebut, akhirnya pada tahun 1998
hingga tahun 2000 kedua kepala negara pada saat itu, yaitu Kim Dae-jung dan Kim
Jong-il sama-sama menyetujui sebuah strategi yang dinamakan ‘sunshine policy’ yang intinya adalah
membangun kerjasama antara Korea Utara dan Korea Selatan. Kebijakan
tersebut mengarah kepada sesuatu yang postif, namun kemudian melambat ketika
kedua negara tersebut mengalami krisis nuklir (Jörn Dosch:2005)
Banyak potensi konflik yang
berkembang menjadi konflik aktual di Asia Tenggara. Terdapat pertimbangan
sebagai berikut :
1.
Kurangnya jaringan
kesatuan keamanan regional yang kuat, rendahnya jumlah tingkat
institusionalisasi dan perjanjian hukum yang mengikat
2.
Banyaknya
negara-negara lemah, dilihat dari ketidakstabilan domestik yang dapat menjadi
sumber ketegangan regional
3.
Perkembangan
asimetris: masih terdapat kesenjangan antara negara miskin dan maju
4.
Konglik pra perang
dingin yang belum terselesaikan yang dapat memicu perseteruan
5.
Serta peningkatan
pesat kebutuhan militer yang justru kebalikan dari trend yang terjadi di Barat.
Resume 5 :
Southeast Asia and Asia Pacific
Seperti yang kita ketahui,
ASEAN merupakan singkatan dari Association of Southeast Asian Nations, yang
merupakan salah satu organisasi regional di Asia Tenggara. Salah satu
kesuksesan yang pernah dicapai oleh ASEAN adalah kemampuan negara-negara
anggotanya untuk mengharmonisasikan kebijakan luar negerinya dan mampu
menyuarakan satu suara pada politik internasionalnya. ASEAN lahir dengan alasan
keamanan, ketika para pemimpin saat itu percaya bahwa negaranya akan
secara nyata ikut dalam konfrontasi Barat-Timur secara umum dan Perang Vietnam
secara khusus. Negara di kawasan Asia Tenggara yang baru merdeka dari
kolonialisme beberapa waktu, ingin untuk menghindari situasi dari
ketergantungan baru bagaimanapun caranya. Mereka tidak menginginkan adanya
musuh yang berkekuatan besar berada di pintu masuk negaranya, untuk itulah
dibentuk ASEAN.
Dua pandangan yang fokus
membahas mengenai ASEAN, yaitu realisme dan liberal institusionalis. Realisme
melihat bahwa pembentukan ASEAN ini adalah bentuk dari bandwagoning AS yang
menyediakan keamanan dan kesejahteraan di Asia Tenggara sedangkan liberal
institusionalis melihat ini sebagai proses pembentukan institusi dimana
negara-negara di Asia Tenggara telah menghasilkan serangkaian norma bersama,
prinsip dan aturan yang mampu menambah transparansi dan kepercayaan di hubungan
internasional dan mengurangi ketidakpastian di hubungan intra-regional itu
sendiri. Kemudian, kegiatan tersebut menunjukan keberadaanya
itu sendiri telah membuktikan pemikiran neo-realis dalam hubungan
internasional. Organisasi yang di bentuk pada 1967 serta perkembangannya semasa
era perang dingin dapat dijelaskan sebagai salah satu produk keberadaan balance of power. Prinsip kuat asean
yang menentang komunis dan fakta bahwa negara-negara pendirinya memiliki
hubungan erat dengan Amerika Serikat dapat diinterpretrasikan sebagai sikap
untuk mencari balance of power oleh
negara-negara kecil yang “numpang” pada negara super power agar tidak tersedot
oleh pengaruh negara super power lainnya. Hal ini membuktikan pemikiran para
realis yang menganggap keadaan asia tenggara yang anarki membutuhkan suatu
kekuatan untuk dapat bertahan. Maka dari itu Sorpong Peou mengatakan bahwa
realisme terus menjadi salah satu konsep penting dalam pendekatan studi kawasan
asia tenggara yang pasca runtuhnya uni soviet tetap tidak menghasilkan
perdamaian karena tensi bilateral yang tinggi antar negara yang ada di
dalammnya. Memang benar nero-realist berpendapat
bahwa ASEAN masih ada sampai sekarang karena negara – negara anggotanya
menghadapi ancaman luar yang sama walaupun teradapat perbedaan ideologi antar
negara anggota.
Para pemikir liberal institusionalis
menghadang pemikiran neo-realis dengan berargumen bahwa kerjasama yang ada
antar negara di asia tenggara telah menghasilkan beberapa norma, prinsip, dan
aturan atau dengan kata lain adalah rezim internasional yang mendorong
transparansi dan rasa percaya serta mengurangi ketidak jelasan permusuhan antar
negara dalam regionnya.
Pada tahun 2003, ASEAN sedang
menghadapi kasus pelanggaran HAM di
Myanmar dan isu pembebasan Aung San Suu Kyi yang ditanggapi secara vokal oleh
Mahathir Mohammad, apabila Myanmar masih melanjutkan detensi untuk Aung San Suu
Kyi akan mengakibatkan Myanmar dikeluarkan dari ASEAN. Jadi intinya, prinsip
intervensi yang bukan dalam bentuk fisik, terutama dalam hal ini adalah
keterbukaan secara verbal, sangat diperlukan sebagai suatu input dari negara
anggota ASEAN yang tidak berkonflik bagi negara anggota ASEAN yang sedang
berkonflik, tentunya dengan catatan tidak dengan cara yang represif.
Karena prinsip
non-intervensinya, ASEAN mendapat kritik dari berbagai pihak. Kemudian ASEAN
sebagai salah satu bentuk organisasi regional masih perlu dibenahi agar dapat
memberikan keamanan dan kesejahteraan bagi negara anggotanya.
Resume 6 : The
United States and the Rise of China : Implications for the Long Haul
Secara historis, kebangkitan dari the great power dengan mengorbankan
aktor dominan lainnya hampir selalu menyebabkan munculnya konflik antar
keduanya, yang kemudian akan menyeret the
great power lainnya. Apakah yang disebut sebagai kebangkitan dari the great power dan aktor dominan great power lainnya merupakan sebuah
pandangan mengenai hubungan Amerika Serikat dan Cina di masa depan? Tentu saja
akan ada konflik politik dan ekonomi, serta ‘gesekan’ antara Amerika Serikat
dan Cina, seperti kekuatan ekonomi dan militer Cina di Asia Timur dan
keseluruhan ekonomi dan politiknya yang terus berkembang.
Untuk
mengetahui kemungkinan tersebut, dalam artikel ini penulis memaparkan apa yang
ia susun untuk menjadi parameter utama atau titik awal terkait dengan sifat
alami dari hubungan Amerika Serikat dengan Cina saat ini dan di masa depan.
Setelah itu, penulis memaparkan kepentingan Amerika di Asia Timur dan mengkaji
apakah hal tersebut merupakan hal yang bertentangan dengan kepentingan Cina.
Pada bagian akhir, penulis menetapkan pedoman kebijakan untuk kebijakan Cina
Amerika dalam jangka panjang.
Ada tiga kunci
utama analisis fundamental terhadap hubungan Amerika Serikat dan cina. Pertama,
kita tidak bisa memprediksi dengan pasti apa niat dan tujuan dari Cina beberapa
dekade ini, namun kita bisa berkeyakinan bahwa Cina akan lebih luas daripada
Cina yang sekarang. Kedua, Amerika Serikat, pencegahan perang bukan merupakan
kebijakan yang layak yang bisa menghentikan kebangkitan Cina, meskipun hal itu
mungkin bisa memperlambat kebangkitan Cina sementara waktu. Ketiga,
kita tidak boleh berfikir bahwa hubungan Sino-Amerika ditakdirkan untuk
mengulang catatan suram dari tiga penguasa kekuatan 100 tahun terakhir.
Disini Cina melakukan berbagai
kebijakan yang bisa meningkatkan ekonomi mereka. Salah satu patokan kebijakan
Amerika terhadap Cina adalah Amerika tidak bisa menghentikan kebangkitan cina,
meskipun Amerika bisa membuat kembangkitan cina lebih sulit dengan bekerja
secara aktif untuk mengganggu pertumbuhan ekonomi untuk sementara waktu.
Amerika serikat telah menerapkan penyangkalan ekonomi terhadap sembilan negara
sejak tahun 1945.
Penulis artikel
memfokuskan pada tiga variabel untuk menjelaskan akibat dari tiga kasus
tersebut. Pertama, tingkat keamanan yang dinikmati oleh dua power didefinisikan sebagai proteksi
bagi tanah air dari serangan fisik dan juga proteksi bagi kedaulatan politiknya
dari pelanggaran yang berat. Kedua, tingkat ketergantungan antar keduanya
didefinisikan sebagai tingkat interaksi ekonomi, khususnya berdagang antar
kedua Negara. Ketiga, kadar dan intensitas dari kompetisi ideologi yang mereka
alami. Menurut penulis artikel, tiga faktor di atas, khususnya yang pertama,
merupakan hal yang terpenting untuk dipertimbangkan untuk menentukan tingkat
dan intensitas dari permusuhan dan juga konflik. Oleh sebab itu, kemungkinan
adanya perang antara dua kekuatan besar tersebut merupakan pergeseran kekuatan
dasar antara mereka.
AS tidak mendukung
kebijakan two-Cina, one-Cina ataupun kebijakan one-Taiwan dan juga tidak
mendukung secara sepihak deklarasi kemerdekaan Taiwan. Posisi AS dalam kasus
ini menunggu bagaimana status Taiwan terselesaikan. Tidak memungkinkan bagi
Cina untuk menggunakan kekuatannya agar dapat merangkul Taiwan. AS menginginkan
adanya resolusi damai untuk permasalahan ini, untuk itu AS harus memiliki
kekuatan militer yang memadai untuk menaklukan kekuataan Taiwan atau justru
menjadi pelindung bagi Taiwan. Rencana AS untuk melindungi Taiwan ini telah
memicu terjadinya serangan dari Cina.
Kepentingan lain AS di
Asia Timur adalah untuk denuklirisasi Semenanjung Korea. Tentu saja alasan
utama dari hal tersebut adalah untuk membendung ancaman dari Korea Utara yang
lebih agresif dalam hal penggunaan tenaga nuklir dibandingkan dengan negara
tetangganya yaitu Korea Selatan dan Jepang. Ancaman yang lebih serius yaitu
penjualan bahan baku nuklir yang dilakukan Korea Utara pada negara-negara lain,
contohnya Libya.
Terdapat dua kebijakan
yang diterapkan oleh Amerika Serikat untuk menahan munculnya kekuatan besar
Cina. Pertama, Amerika Serikat tidak perlu menimbulkan isu politik dengan Cina
untuk mengembangkan strategi pertahanan nuklir yang lebih besar. Sehingga
kekuatan pertahanan nuklir tetap dipegang oleh Amerika Serikat.
Kedua, Amerika Serikat
tidak harus mengambil tindakan keras yang merusak modernisasi Cina dalam hal
strategi pertahanan nuklir. Jika Amerika Serikat terus membangun sistem
pertahanan rudalnya, maka sistem itu harus cukup terbatas dan berkemungkinan
kecil agar tidak menimbulkan pemogokan kembali
Cina. Karena hal ini berpotensi memicu perlombaan senjata dengan Cina, yang
kemudian mengancam system pertahanan Amerika Serikat itu sendiri.
Resume 7 : Australia White Paper
Salah satu latar belakang
pembuatan Australia Defence White Paper 2013 adalah perlindungan kedaulatan
Australia, warga negara serta kepentingan keamanan nasionalnya itu sendiri.
Defence white paper melengkapi strategi keamanan nasional yang dirilis pada tanggal
23 Januari 2013 dan juga dalam White paper Asian Century yang dirilis pada 28
Oktober 2012. Ketiga dokumen tersebut merupakan prioritas utama pemerintah
dalam keamanan dan kemakmuran Australia serta mempertahankan Australian Defence
Force untuk memenuhi tantangan keamanan nasinoal.
Dalam
perkembangan Defence White Paper pemerintah Australia tetap berkomitmen untuk
proses perencanaan strategis yang digariskan pada Defence White Paper di tahun
2009. Kepentingan strategis yang paling mendasar adalah membela Australia untuk
melawan serangan langsung dan keamanan, serta stabilitas dari lingkungan
terdekat. Australia juga memiliki kepentingan strategis yang nyata di wilayah
yang lebih luas yaitu Indo-Pasifik dan dalam tatanan internasional. Dalam
penyusunan White Paper pemerintah Australia mampu menarik beberapa poin penting
termasuk:
·
Strategi keamanan nasional
·
Australia dalam White Paper Asian
Century
·
Pertahanan perencanaan bimbingan atau
dokumen strategi rahasia yang memprioritaskan pertahanan untuk menghasilkan
militer yang dituju oleh pemerintah
·
Penilaian intelijen yang dihasilkan
oleh organisasi intelijen pertahanan.
·
Struktur review ADF yang dianggap
sebagai faktor yang relevan dengan struktur kekuatan, termasuk perubahan
keadaan strategis dan pengemangan teknologi
·
Review besar pertama posisi geografis
pertahanan Australia lebih dari dua puluh lima tahun
·
Pertahanan Anggaran Review, sebuah
stocktake internal yang komprehensif dari sistem penganggaran pertahanan.
Beberapa
hal yang menjadi dasar dibentuknya Australia Defence White Paper 2013 ialah:
·
Perkembangan sejak adanya White Paper
telah memperkuat pentingnya hubungan AS dengan China dalam membentuk lingkungan
yang strategis.
·
Busur strategis Indo – Pasifik baru
muncul ketika membangun strategi baru yang dieksplorasi baik di strategi
keamanan nasional dan Australia dalam White Paper Asian Century.
·
Pengaruh kekuatan regional lainnya
seperti Jepang, Korea dan juga Indonesia menjadi lebih penting. Meskipun
lingkungan yang strategis akan dibentuk terutama oleh hubungan Amerika dan
China.
Modernisasi militer regional merupakan sebagian besar
konsekuensi dari meningkatnya kekayaan nasional yang memungkinkan banyak negara
untuk memodernisasikan kekuatan pertahanan mereka dengan kemampuan yang lebih
canggih. Hal ini memberikan kesempatan baru untuk bermitra dengan organisasi
pertahanan dan militer negara – negara lain. Tetapi juga meningkatkan tingkat
kemampuan yang dibutuhkan oleh ADF untuk mempertahankan keunggulan yang secara
historis didukung pertahanan dengan populasi yang relative kecil. Dalam bidang
maritime beberapa negara Asia Tenggara memperkenalkan kapal selam diesel –
listrik mereka yang memiliki sistem yang sangat canggih seperti Malaysia
Scorpene Class yang dilengkapi dengan torpedo blackshark, serta angkatan laut
Indonesia berusaha memperkenalkan korvet canggih, kapal selam dan anti rudal
kapal yang akan dipandu selama dua puluh tahun ke depan. Selama tiga dekade
kedepan, Badan Strategis Australia akan ditantang sebagai negara besar di Asia
dengan pertumbuhan ekonomi mereka yang terus tumbuh dan kekuatan militer mereka
yang terus termodernisasikan.
Kepentingan keamanan nasional
Australia didasarkan pada melindungi kedaulatan Australia yang mencakup
kebebasan dari paksaan oleh negara – negara lain, membangun keamanan yang
berkelanjutan di wilayah Australia, serta membentuk lingkungan internasional
yang menguntungkan. Sementara pemerintah menggunakan semua elemen kekuatan
nasional untuk mencapai tujuan tersebut. Kemampuan ADF untuk membela Australia
dan kepentingan strategis Australia merupakan hal penting bagi keamanan
nasional Australia. Aliansi Australia dengan Amerika dan juga kemitraan dengan
industry pertahanan Australia semua merupakan hal penting dalam kemampuan
pertahanan Australia. Kepentingan Nasional Australia melampaui batas geografis
untuk menyertakan kesejahteraan warga negara Australia dan bisnis di luar
negeri dan keinginan untuk membentuk keputusan dan tindakan yang diambil diluar
negeri.
Terdapat beberapa tugas utama dari ADF, tugas pertama ialah
mencegah dan mengalahkan penyerangan terhadap Australia yang mencakup
pembentukan Strategi Maritim serta dukungan terhadap keamanan domestik, tugas
kedua ialah berkontribusi terhadap stabilitas dan keamanan di Pasifik Selatan
dan Timor Leste, tugas ketiga yaitu berkontribusi terhadap kontingen militer di
akwasan indo pasifik, dan tugas keempat ialah berkontribusi untuk kontingen
militer dalam rangka dukungan terhadap keamanan global.
Resume 8 :
Europe-East Asia Relations : Building an Asia Pacific Connection
By: Hanns W
Maull
Secara geografis dan politik, Eropa
berada dalam posisi yang tidak jelas. Salah satu contohnya adalah geopolitik Eropa. Geopolitik Eropa mengalami perubahan
yang besar sejak jatuhnya tembok Berlin yang mengawali reunifikasi Jerman.
Terbentuknya Uni Eropa dianggap sebagai perpanjangan tangan dari Masyarakat
Ekonomi Eropa (EEC, Economic European Community) yang merupakan sebuah peran
baru negara kecil seperti Polandia, dan adanya desentralisasi kekuatan (power),
wilayah tertentu (Eropa Timur) sebagai sentral geopolitik baru, dan peran
identitas sebagai agen geopolitik di Eropa. Pandangan geopolitik Eropa selalu
ditujukan untuk menghindari adanya satu negara di Eropa yang tumbuh menjadi negara
terkuat di antara negara lainya, inilah yang menjadi alasan kenapa pihak
pemenang perang mengajak Jerman dalam Uni Eropa.
Eropa telah mencoba berbagai
hal untuk menaikkan kembali kekuatan politiknya dengan memperkuat keterlibatan
politiknya kepada negara-negara di Asia Pasifik seperti Semenanjung Korea. Salah satunya
adalah dengan menunjuk perwakilan tinggi di luar negeri sebagai langkah
memperkuat keterlibatan politik antara kedua belah pihak dan tentunya sejalan
dengan responsive negara lain terhadap kebijakan keamanan luar negeri milik
Eropa yang koheren. Perlahan tapi pasti keterlibatan Eropa telah tumbuh secara
konstruktif dan mampu diterima negara lain.
Keterlibatan Eropa dalam proses perdamaian di Semenanjung Korea
menerima penyegaran yang kuat dari pertemuan KTT
ASEM ketiga di
Seoul pada bulan November 2000. Pertemuan ini didominasi oleh KTT
Utara-Selatan dan oleh Hadiah Nobel Perdamaian yang baru saja diterima oleh ROK
Presiden Kim Dae-Jung. Di Seoul, Eropa menyajikan yang terbaik dari diri
mereka, tetapi juga keburukan mereka: mereka menunjukkan dengan kuat dan
menggarisbawahi komitmen mereka untuk hubungan politik yang lebih dekat dengan
Asia Timur, tetapi mereka juga jatuh dari langkah satu sama lain melalui
pengakuan dari DPRK.
Tanda yang paling dramatis dari keterlibatan aktif Eropa di Semenanjung Korea
datang dengan kunjungan torika Uni Eropa pada tanggal 2-3 Mei 2001 ke Pyongyang
dan Seoul, pada saat dialog resmi antar Korea telah berhenti dan administrasi
baru di Washington masih meninjau kebijakannya terhadap Korea Utara. Dalam situasi ini, kunjungan oleh troika secara luas
dilihat sebagai upaya untuk menyuntikkan
momentum ke kedua proses détente antar-Korea
dan kebijakan Amerika. Upaya
tersebut gagal untuk menghasilkan hasil yang langsung, jelas menunjukkan
batas-batas pengaruh Eropa di Semenanjung, tapi masih mungkin berguna dalam
menyediakan link komunikasi langsung antara kedua Korea pada saat yang kritis.
Hal ini juga mungkin telah membantu Washington untuk membuat pikirannya.
Kemudian, hubungan Eropa dengan
Timor-Timur. Pada awalnya, Timor Timur merupakan
salah satu koloni Portugis, dimana kemudian negara tersebut sempat ditinggalkan
oleh Portugis pada tahun 1975 dan jatuh ke dalam kekuasaan Indonesia. Dalam
kondisi seperti itu, kemudian Portugal memaksa untuk memunculkan isu mengenai
status Timor Timur dengan Indonesia yang kemudian melibatkan PBB dan
anggota-anggota EU (European Union) lainnya, yang kemudian menjadikan hubungan
antara ASEAN dan EU menjadi lebih luas. Pada tahun 2000 dan 2001, isu ini
berkembang dan memunculkan adanya intervensi negara-negara Eropa pada Timor
Timur. Bersama dengan beberapa negara Eropa lain, Portugis berkontribusi dengan
mengirimkan pasukan dan masyarakat sipil kepada United Nations Transitional
Administration in East Timor (UNTAET) dan kepada East Timor Transitional
Administration (ETTA). Adanya bantuan ekonomi dan kemanusiaan dari gerakan
beberapa negara-negara Eropa untuk Timor Timur melalui EU tersebut kemudian
mempengaruhi Timor Timur untuk menetapkan Portugis seagai bahasa resmi dan
mengurangi adanya pengaruh kekuasaan negara lain seperti usaha intervensi
Australia dalam isu ini.
Intervensi UN di Timor Timur dan
lepasnya keterikatannya dari wilayah kekuasaan Indonesia, menghilangkan suatu
permasalahan mayor antara EU dengan ASEAN. Satu isu politik lain yang juga
berhubungan dengan hubungan antara EU dengan ASEAN adalah oposisi demokratis di
Myanmar. Hal ini kemudian menyebabkan adanya sarana kerjasama antara EU dengan
ASEAN, yaitu Joint Cooperation Committee yang dilakukan setiap 18 bulan, dan
pertemuan perwakilan luar negeri antar negara. Pada dasarnya, inti dari
hubungan antar EU dengan ASEAN itu adalah dalam faktor ekonomis, dimana kedua
belah pihak tertarik untuk melakukan perdagangan komersial, terutama dari pihak
ASEAN sendiri yang ingin melihat perkembangan pembangunan dan teknologi yang
lebih kuat yang dimiliki oleh Eropa. Dampak dari krisis Asia pada tahun 1998
dan progress dari internal dalam proses pembangunan kembali Asia Tenggara
menyebabkan keterikatan yang lebih dalam antara EU dan ASEAN, dimana secara
spesifik hal ini lebih disebabkan dengan adanya ASEM framework antara Eropa dan
Asia Timur.
Kemudian hubungan antara Uni
Eropa dengan Cina. Dalam
beberapa bulan terakhir, hubungan Uni Eropa dengan Cina telah didominasi oleh
negosiasi tentang akses Cina ke WTO. Pada saat pertemuan KTT Uni Eropa-Cina
keempat pada bulan September di Brussel, dimana Zhu Rongji memimpin delegasi
besar Cina, negosiasi yang berlangsung telah berhasil menyimpulkan: negosiator
Cina dan Komisi Eropa menempatkan sentuhan akhir mereka untuk kesepakatan pada
bulan Mei. Dalam Perjanjian, sisi Eropa mengamankan konsensi penting dari Cina,
terutama pada bidang telekomunikasi, asuransi, kendaraan bermotor, dan tarif.
Zhu menggunakan kesempatan pada KTT ini untuk mengadakan kunjungan bilateral ke
dua dari negara kecil anggota Uni Eropa, yaitu Belgia dan Irlandia. Kunjungan
negara penting sebelumnya di tahun ini termasuk kunjungan Perdana Menteri
Italia, Giuliano Amati, ke Beijing pada bulan Januari, Menteri Pertahanan
Jerman, Rudolf Scharping, pada bulan Februari, dan Presiden Austria, Thomas
Klestil, pada bulan Mei. Menteri luar negeri Cina, Tang Jiaxuan, dan wakil
Perdana Menteri, Qian Qichen, mengunjungi Paris pada bulan April sebagai bagian
dari upaya untuk meningkatkan hubungan budaya. Sebuah perjanjian kerjasama
ditandatangani pada pembukaan Institut-Institut kebudayaan di kedua negara.
freedom or order?
Perkembangan teknologi membuat negara menjadi lebih
maju dan berkembang, hanya saja masyarakat belum mampu menyesuaikan diri dengan
kemajuan teknologi tersebut, bahkan tidak merata. Cukup dikhawatirkan negara
Indonesia hanya menjadi konsumen bukan produsen. Dengan adanya perdebatan
antara freedom dan order, maka secara pribadi saya lebih memilih freedom.
Karena biasanya order itu yang melakukannya adalah negara-negara yang maju,
tanpa menguntungkan negara-negara berkembang. Atau dibuat seolah menguntungkan negara
berkembang padahal sebenarnya merugikan negara berkembang. Karena pembuatan
order itu dibuat sedemikian rupa agar tidak terlihat menguntungkan atau
merugikannya, namun terkadang ada juga yang membuatnya seolah menguntungkan.
Sebagai bangsa yang berkembang, sudah sewajarnya
jika kita lebih waspada terhadap negara-negara maju. Hari ini adalah saatnya
kita belajar untuk tidak tergantung dengan negara maju, hari ini kita belajar
untuk menjadi negara yang mandiri serta menjadi negara produsen bukan konsumen.
Kebebasan, jika diartikan secara sederhana adalah
tidak adanya larangan. Dalam kamus kebebasan diartikan sebagai kemerdekaan,
meninggalkan atau bebas meninggalkan. Dalam hal ini berarti bahwa manusia itu
berhak melakukan apapun. Namun hal tersebut diartikan dalam arti kebebasan
manusia, karena secara etimologi kebebasan itu tidak memiliki arti yang pasti.
John S. Mill mengelompokkan kebebasan menjadi tiga (Referensi Makalah, n.d.),
pertama kebebasan yang mencakup bidang kekuasaan bathiniah, kesadaran yang
menurut kebebasan suara hati dalam arti yang paling luas, yaitu kebebasan dalam
berpikir dan merasakan, kebebasan mutlak berpendapat dan sentimen untuk segala
hal yang praktis atau spekulatif, yang ilmiah, moral ataupun teologis.
Kebebasan untuk mengungkapkan dan mengumumkan pendapatnya. Kedua adalah
kebebasan yang terkait dengan kekuasaan individu dan yang ketiga adalah
kebebasan yang sifatnya berhubungan dengan orang lain. Dari ketiga kategori
kebebasan John s. Mill kebebasan individu yang dialami seseorang
mengimplikasikan adanya sebuah pertanggungjawaban, karena pada dasarnya
individu tidak terlepas dari hubungan sosial kemasyarakatan.
Jadi jelas, jika kita melihat pengelompokkan
kebebasan menurut John S. Mill, maka kita harus memiliki kebebasan secara utuh.
Namun bukan berarti kebebasan itu bebas untuk semuanya tanpa adanya pertanggung
jawaban, karena dengan demikian maka kita tidak akan mendapatkan negara yang
memang benar-benar menjadi negara yang aman. Tapi justru kita akan menjadi
sebuah negara yang chaos, pasalnya masing-masing orang tidak melakukan suatu
hal dengan bebas tersebut tanpa adanya pertanggungjawaban yang nyata.
Namun untuk mencegah terjadinya kehancuran, maka
dibutuhkan suatu kesadaran dari masyarakat serta peran penting pemerintah untuk
terus mengontrol setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Pemerintah
hanya berfungsi untuk mengontrol tidak melakukan intervensi kedalam kegiatan
masyarakat tersebut.
Mengapa tidak condong ke order? Dalam hal ini, order
menurut saya memang cukuplah bagus. Pasalnya dengan diadakannya order, maka
semua akan tertata rapi sesuai dengan yang diinginkan. Namun tidak menutup
kemungkinan, order ini hanya dilakukan oleh negara-negara hegemoni terhadap
negara-negara dibawahnya. Jika melihat ke dalam tatanan global ataupun sistem
internasional, maka yang mengatur itu adalah hegemon meskipun pada dasarnya
sistem internasional itu dikatakan sebagai sebuah sistem yang anarki, karena
tidak ada bentuk pemerintahan global didalamnya. Namun negara-negara hegemon,
seolah menjadikan sistem internasional sebagai persaingan yang harus tetap
dikuasai oleh negaranya bukan pada orang lain lagi. Hingga ketika ada satu
negara atau entitas yang dianggap bisa menjadi hegemon ia akan berusaha
mencegah negara tersebut dengan berbagai cara. Karena kalau posisi hegemon itu
diambil oleh negara lain, maka ia akan kehilangan kekuasaan didalamnya. Serta
perekonomian yang ia miliki tidak akan berjalan seperti biasanya.
Maka dari itu saya lebi memilih freedom dengan
adanya tanggung jawab dari individu guna untuk mencegah kehancuran negara
tersebut. Dengan freedom kita bisa melakukan hal apapun. Kreativitas kita
seolah bertambah karena dilatih setiap hari. Maka inovasi pun akan tercipta,
baik disadari ataupun tidak disadari. Kebebasan merupakan satu-satunya langkah
menjadi negara yang lebih baik serta lebih maju dalam berhubungan di sistem
internasional tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)