Peran
mayoritas selalu saja menutup gerak-gerik minoritas. Kebanyakan minoritas
selalu terhalang aksinya dan bahkan terkalahkan oleh kaum-kaum mayoritas.
Begitu juga yang terjadi di India. Warga India yang mayoritas Hindu selalu
menonjolkan dirinya dan menutup warga
Islam yang minoritas. Namun, sejak kedatangan Muhammad Ali Jinnah
semuanya berubah. Sejauh mana peran Muhammad Ali Jinnah untuk warga Islam?
Muhammad Ali jinnah selalu berusaha dan pantang menyerah untuk mempertahankan
atau memperjuangkan warga muslim yang ada di India. Bahkan ia juga berpikir
untuk mendirikan negara Islam supaya mereka (para warga Islam) mampu
menjalankan peribadatannya dengan aman dan nyaman, tanpa gangguan apapun.
Pada
tanggal 14 Agustus 1947, tepatnya dua tahun setelah kemerdekaan Negara Republik
Indonesia lahirlah sebuah negara yang bernama Pakistan. Negara yang mayoritas
warganya Muslim. Perjuangan untuk mendapatkan persetujuan berdirinya Pakistan
ini sungguhlah panjang. Namun berkat kegigihan serta kesungguhan Muhammad Ali
Jinnah, Pakistan pun terbentuk.
Pada
saat itu, Islam merupakan sebuah golongan minoritas yang lemah ditengah
kekuasaan politik serta militer Inggris (Seberkas Sejarah, 2011). Kemudian
datanglah Muhammad Ali Jinnah, seorang anak saudagar yang mengenyam pendidikan
hukum di London. Awalnya, Muhammad Ali jinnah di suruh untuk melanjutkan
sekolah bisnis disana. Namun, karena ia tertarik dengan dunia hukum akhirnya Ali
pun masuk ke dunia hukum. Kemudian setelah lulus, ia bekerja menjadi advokat
selama dua tahun disana dan mengait hati machpherson dengan semua
kepiawaiannya. Ia menyerahkan perpustakaannya untuk digunakan oleh Muhammad Ali
jinnah dengan suka hati.
Pada
tahun 1906, Muhammad Ali jinnah mulai terjuan ke lapangan perpolitikan di
negaranya (India) dengan ikut serta menjadi sekretaris presiden Dhabai Naoradji
dalam kongres kalkuta (calcutta congress seasson)[1].
Ia berpikir bahwa India harus merdeka dari penjajahan Inggris, Spanyol dan
Portugis. Kemudian ia juga berpikir bahwa kemerdekaan ini haruslah dicapai atas
dasar persatuan antara umat Islam dan Hindu di negara tersebut. Sehingga,
Muhammad Ali jinnah mendirikan Liga Muslim India pada tahun 1913, ia juga
diangkat menjadi Preside Liga Muslim India tersebut. Kemudian pada tahun 1916,
Muhammad ali Jinnah membuat atau pakta Lucknow yang berisi tentang perjanjian
antara partai kongres nasional India (yang mewakili umat Hindu) dengan Liga
Muslim India (yang mewakili umat muslim). Didalam perjanjian itu disebutkan
bahwa umat Islam India akan memperoleh daerah dan ketentuan ini akan
dicantumkan dalam Undang-undang Dasar india yang akan disusun kelak atau telah
tiba waktunya (Pendidikan Sejarah, 2011).
Menurutnya,
India ini haruslah dipimpin oleh rakyat India. Bukan dari umat Hindu, bukan
juga dari umat Muslim. Berarti, setiap orang yang berwarga negara India, baik
itu Islam atau Hindu boleh memimpin di India. Namun, muncul beberapa pendapat
bahwa sesungguhnya antara Islam dengan Hindu itu tidak dapat disatukan. Karena
tujuan atau kepentingan mereka juga berbeda.
Orang-orang
Hindu yang ada di India ingin mewujudkan sebuah negara dengan sistem aligarh,
sedangkan orang-orang muslim ingin mewujudkan sebuah negara yang syar’i dengan
pola Nasionalis India Islam. Mr. Shakesphere pejabat pemerintahan Inggris dan
pemimpin senior Hindu Musahabha, Mr. V.D. Savarkas, mengatakan bahwa kedua golongan Hindu dan Muslim tidak akan
dapat bekerjasama dengan damai[2].
Hal
ini terbukti pada pelaksanaan janji yang diberikan oleh Inggris, umat Hindu
yang merupakan mayoritas di negara tersebut tetap saja muncul dengan
kepentingan umat Hindu sendiri. Ditambah lagi sebuah kejadian yang mengecewakan
muncul ketika konferensi meja bundar
yang diadakan di London pada tahun 1930-1932. Mereka yang beragama Hindu muncul
kembali dengan kepentingan-kepentingan mereka sendiri. Maksudnya mereka dengan
semangatnya membicarakan kemerdekaan India untuk kepentingan-kepentingan umat
Hindu tersendiri. Muhammad Ali Jinnah mengemukakan kekecewaannya ini dihadapan
mahasiswa setelah beberapa tahun kemudian. Ia mengatakan bahwa ia sangat kecewa
dan merasa terkejut ketika mendengar beberapa teman Hindunya. Umat muslim tidak
ubahnya seperti penduduk didaerah tidak bertuan, ia mulai merasa bahwa ia tidak
dapat menolong India maupun mengubah pemikiran orang Hindu dan tidak akan
membuat orang Muslim ini sadar. Sehingga ia memutuskan untuk tinggal atau
menetap di London.
Akan
tetapi pada tahun 1934, Muhammad Ali Jinnah diminta pulang oleh rekan-rekannya,
karena Liga Muslim India ini memerlukan pemimpin seperti ia lagi. Dan akhirnya
berkat bujukan dari temannya tersebut, ia kembali ke india dan kembali
memperjuangkan hak-hak umat Islam disana. Ia pikir, bahwa umat Islam pun berhak
untuk mendirikan negara Islam dan berhak untuk menjalankan peribadatannya
dengan tenang dan aman. Pada tahun 1937, Liga Muslim maju untuk mengikuti
pemilihan umum disana, namun ternyata kekalahan menimpa mereka karena mereka
masih merupakan warga yang minoritas sedangkan partai kongres merupakan
perwakilan dari umat hindu yang merupakan warga mayoritas di negara tersebut.
Kemudian
pada tahun 1942, Inggris berjanji kepada India bahwa mereka akan memberikan
kemerdekaan pada India setelah Perang Dunia II. Namun sampai tahun 1945
ternyata janji itu hanyalah sebuah wacana saja. karena ketika mereka berusaha
untuk memberikan kedaulatan atau kemerdekaan kepada India, mereka selalu saja
mendapatkan sebuah kendala dan akhirnya, Inggris memutuskan untuk membentuk
sebuah pemerintahan sementara yang terdiri dari anggota-anggota pilihan Inggris
saja. Namun, Muhammad Ali Jinnah menentang semua rencana dari pemerintahan
Inggris tersebut. karena pemerintahan inggris menunjuh Jawaharal Nehru sebagai
salah satu dari orang yang akan memimpin pemerintahan sementara tersebut. Dan
menurut Muhammad Ali Jinnah, hal tersebut akan semakin hal tersebut akan
membuat huru hara terjadi kembali. Dan ternyata huru-harapun terjadi dan tidak
dapat dihindari lagi.
Kemudian
huru-hara tersebut semakin meledak setelah kemenangan Liga Muslim India pada
pemilihan umum tahun 1945. Kerusuhan ini berlangsung cukup lama. Sehingga
menimbulkan korban yang tidak sedikit. Dan timbullah pemikiran untuk memisahkan
umat Hindu dengan Islam. Mereka menginginkan wilayah yang terpisah dengan umat
Hindu. Hal ini ditujukan untuk perdamaian diantara mereka juga. Akhirnya,
karena pemerintahan Inggris tidak mampu lagi untuk mencegah kerusuhan yang
terjadi diantara umat Hindu dan Islam ini, ia memberikan kedaulatan kepada dua
dewan konstitusi. India diberikan kepada umat Hindu dan Pakistan diberikan pada
umat Muslim.
![](file:///C:/Users/Acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Sebenarnya
pemikiran ini sudah ada sejak abad ke-18, namun baru berhasil direalisasikan
dibawah kepemimpinan Muhammad Ali Jinnah yang selalu berani melangkah untuk
kepentingan bersama. Sehingga Muhammad Ali Jinnah merupakan sosok tokoh yang
disegani dikalangan umat Muslim. Namun, setahun setelah ia berhasil mendirikan
serta memimpin Pakistan, ia menghembuskan nafasnya pada tanggal 11 September
1948.
Sebelum
seperti sekarang, Pakistan mengalami kegoyahan dalam bidang perpolitikan. Bahkan
pada tahun 1971, Pakistan mengalami peperangan. yaitu perang saudara antara
Pakistan Barat dengan Pakistas Timur. Hingga akhirnya melahirkan Bangladesh. Akan
tetapi kegoyahan itu tidak terjadi secara terus-menerus, dan ternyata mengalami
perkembangan, seperti yang dikatakan dalam buku “In the Line of Fire” Karya
Presiden Musharraf (2006). Pertumbuhan
dalam berbagai bidang seperti bidang pendidikan, kesejahteraan, peran wanita
(emansipasi) dan bidang-bidang lainnya mengalami perkembangan yang cukup baik.
Dan
sekarang, di daerah perbatasan antara India dengan Pakistan selalu diadakan
acara untuk memperingati hari jadi negara mereka.
“Suasana makin marak, ketika penonton bertepuk tangan menonton
para perempuan berbagai usia yang sukarela berlari sembari membawa bendera
menuju garis perbatasan lalu kembali. Berbagai lagu setempat diperdengarkan dan
diikuti dengan mengalirnya massa ke bagian tengah ruas jalan raya untuk
berjoget. Salah satu akrab di telinga adalahJai Ho dari film Slumdog Millionaire.”[3]
Dari penjelasan diatas dapat kita
simpulkan bahwa Pakistan hadir berkat kegigihan mereka. Serta berkat kegigihan
salah satu tokoh mereka juga yang tidak pantang menyerah ketika memperjuangkan
negara Islam untuk umat Islam yang menjadi minoritas di negara tersebut.
Muhammad Ali Jinnah merupakan sosok pejuang yang selalu memperjuangkan Islam di
negara tersebut. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Muhammad Ali Jinnah untuk
menyatukan umat Islam dan Hindu dirasa gagal, karena masih banyak diantara
mereka yang selalu mengunggulkan atau mementingkan kepentingan mereka sendiri. Namun
ia tidak pernah berputus asa untuk memperjuangkan hak-hak orang Islam.
Ketika perang dan huru-hara sering
terjadi di India, muncullah ide/gagasan untuk memisahkan umat Hindu dan umat Islam
dengan membentuk negara baru. Pemikiran-pemikiran Muhammad Ali Jinnah cukup
memberikan sebuah kesadaran bagi umat Muslim untuk bangkit. Dan ternyata
gagasan mulai semakin menguat setelah Inggris tidak mampu lagi untuk mencegah
kerusuhan diantara umat Muslim dan Hindu. Inggris memberikan kedaulatan kepada
Pakistan pada 14 Agustus 1947 pada umat Muslim dan selang seharinya kedaulatan
India pada umat Hindu.
Peran
Muhammad Ali Jinnah terhadap pendirian Pakistan memang sangatlah besar.
Sehingga, Muhammad Ali Jinnah sangat di segani di kalangan umat Muslim. Bahkan
Muhammad Ali Jinnah menjadi bapak Pakistan sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Enayatulloh,
Anwar (1976). Story of Jinnah. Bulan bintang : Jakarta. P.36.
Syarif,
Almujahid (1981). Quaid-I-Azam Jinnah, Study In Interpretation.
Quaid-I-Azam Academy Karachi, p.1.
Manggalani,
ukirsari (2011). Available from : http://nationalgeographic.co.id/blog/2011/10/menonton-acara-penutupan-perbatasan-india-pakistan/ [Accessed at november, 20th 2012].
Peran
Muhammad Ali Jinnah (2011) Available from: http://www.sejarah.indah.web.id/2011/10/peran-muhammad-ali-jinnah-dalam.html [accessed 21th 2012].
Pola
Perjuangan Muhammad Ali Jinnah (2011) Available from : http://www.referensimakalah.com/2012/08/pola-perjuangan-muhammad-ali-jinnah.html [Acessed 22th 2012].
[1]
Syarif, Almujahid (1981). Quaid-I-Azam Jinnah, Study In Interpretation.
Quaid-I-Azam Academy Karachi, p.1.
[2]
Pola Perjuangan
Muhammad Ali Jinnah (2011) Available from : http://www.referensimakalah.com/2012/08/pola-perjuangan-muhammad-ali-jinnah.html [Acessed 22th
2012].
[3]
Manggalani, ukirsari (2011). Available from : http://nationalgeographic.co.id/blog/2011/10/menonton-acara-penutupan-perbatasan-india-pakistan/
[Accessed at november, 20th 2012].