Senin, 10 Desember 2012

Scientific knowledge


Metodologi
Metodologi merupakan sebuah cara untuk memperoleh pengetahuan (Jujun S. Suriasumantri, 2001:105). Sebuah ilmu dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena cara yang digunakannya sesuai dengan metode yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Yaitu metode ilmiah. Begitupun dengan scientific knowledge juga dikatakan sebagai scientific knowledge karena metode yang digunakan  untuk memperoleh pengetahuan tersebut adalah metode ilmiah. Dimana prosedur yang kita lakukan ini mencakup semua aspek mulai dari pola pemikiran, pola kerja, cara teknis, dan langkah-langkah untuk menemukan pengetahuan baru ataupun mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Namun Jujun juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang dinamakan dengan metode keilmuan formal maupun non-formal yang dapat dilakukan oleh seorang ilmuwan untuk mengetahui apakah satu hal tersebut termasuk kedalam ilmu pengetahuan atau tidak. Namun ada beberapa cara atau prosedur yang dapat kita dilakukan dalam hal memperoleh suatu ilmu tersebut (Jujun S. Suriasumantri, 2001: 105) :
1.      Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
2.      Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
3.      Penyusunan atau klasifikasi data
4.      Perumusan hipotesis
5.      Deduksi dan hipotesis
6.      Tes dan pengujian kebenaran dari hipotesa.
Nah, karena kita membahas tentang metodologi dalam saintifik knowledge, maka kita akan bahas satu-satu prosedur tersebut jika dijalankan atau diterapkan dalam mencari pengetahuan saintifik knowledge. Dimana kalau kita ingin membuktikan bahwa sebenarnya pengetahuan itu merupakan scientific knowledge maka pengetahuan tersebut harus empiris, rasional, objektif, mempunyai nilai bebas, parsimony (penyederhanaan), mempunyai struktur (terstruktur), memiliki pola yang berulang, scientific stratification, dapat diukur, dan yang terakhir adalah diakui oleh komunitas scientific.



1.      Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
Dalam pengetahuan saintifik, kita akan mengenal hal-hal yang berbau science atau ilmu pengetahuan alam. Ilmu biasanya disebut sebagai ilmu pengetahuan karena metode yang digunakannya sesuai dengan metode keilmuan yang digunakan untuk mencari pengetahuan. Begitupun dengan pengetahuan saintifik.
Dalam prosedur yang pertama ini, berarti kita harus menemukan atau harus sadar terlebih dahulu akan sebuah masalah kemudian kita merumuskannya dalam suatu rumusan masalah. Misalnya, kalau kita merasa sakit dibagian tenggorokan, maka apa yang harus kita lakukan? Sakit tenggorokan, berarti kita sadar dengan permasalahan yang kita hadapi. Sehingga setelah sadar, kitapun mencari sebuah rumusan masalah untuk berusaha memecahkannya, “apa yang harus saya lakukan jika saya sakit tenggorokan?” . Dan yang pastinya kesadaran akan masalah serta perumusan masalah ini juga tentunya harus rasional.
2.      Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
Setelah kita mengetahui kerangka masalahnya, maka hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah pengamatan dan pengumpulan data yang relevan. Kita harus mengamati permasalahan tersebut, dan kita juga harus dapat menyederhanakan masalah tersebut sehingga mudah untuk dimengerti oleh orang banyak dan tentunya kita juga harus mengumpulkan data yang sifatnya rasional dengan permasalahan yang kita ambil, masuk akal, dapat dilihat dan dapat diukur, sehingga para komunitas ilmiah pun dapat mengakui kebenarannya.
Pengamatan ini juga dapat dilakukan secara langsung atau yang disebut dengan observasi lansung ke lapangan. Dengan demikian kita akan mudah mendapatkan data yang relevan, karena kita sendiri terjun langsung ke lapangan.
3.      Penyusunan dan klasifikasi data
Setelah pengamatan dan pengumpulan data selesai, maka prosedur selanjutnya adalah penyusunan dan klasifikasi. Akan tetapi menurut Jujun, yang paling ditekankan dalam penyusunan ini adalah penyusunan data fakta dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Misalnya data yang kita kumpulkan adalah tentang bunga, maka kita harus mengelompokan bunga tersebut. apakah bunga itu termasuk bunga anggrek, bunga mawar ataukah bunga melati. Itu adalah pengelompokan berdasarkan jenis.
Kemudian contoh lain, misalnya kita meneliti tentang beberapa penyakit dan gejalanya, maka hal yang kita lakukan adalah meneliti atau menyusun dan mengklasifikasikan data yang kita dapat. Apakah gejala A termasuk gejala penyakit B bukan? Apakah gejala C merupakan gejala penyakit A bukan? Dan begitupun seterusnya.
4.      Perumusan hipotesis
Setelah kita menyusun dan mengklasifikasikan data tersebut, maka kita akan sudah mendapat gambaran untuk perumusan hipotesis. Maka dalam langkah yang selanjutnya adalah perumusan hipotesis. Hipotesis disini berguna untuk mengikat data relevan yang tadi sudah diklasifikasikan. Sehingga nanti hasilnya akan berupa sebuah jawaban atas pertanyaan atau perumusan masalah tersebut.
5.      Deduksi dari hipotesis
Deduktif dari hipotesis merupakan sebuah penarikan kesimpulan yang tadi sudah kita jawab dalam hipotesis. Disini kita mengaitkan hubungan perumusan masalah dengan hipotesis atau bisa juga disebut sebagai jawaban sementara. Rumusan diatas tadi adalah tentang sakit tenggorokan, kemudian dalam pengumpulan data kita sudah mencari tahu apakah penyebab dari sakit tenggorokan tersebut, kemudian gejalanya apa saja sehingga disini kita dapat menarik kesimpulan dari hipotesis tersebut.
6.      Tes dan pengujian kebenaran dari hipotesis
Yang terakhir adalah tes dan pengujian kebenaran dari hipotesis tersebut. kalaulah terbukti kebenarannya, maka dengan demikian hal tersebut dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Dan akan menjadi pengetahuan saintifik jika pengujian tersebut menghasilkan sesuatu yang empiris, rasional, objektif, mempunyai nilai bebas, parsimony (penyederhanaan), mempunyai struktur (terstruktur), memiliki pola yang berulang, scientific stratification, dapat diukur, dan yang terakhir adalah diakui oleh komunitas scientific.
Banyak langkah lain yang dapat dilakukan untuk mencari tahu pengetahuan saintifik atau pengetahuan yang lainnya. Dan hal yang lazim digunakan oleh orang-orang atau para ilmuwan antara lain  (jujun S. Suriasumantri, 2001:203-204):
1.      Observasi
2.      Hipotesis
3.      Ramalan
4.      Pengujian kebenaran

Sebenarnya antara metodologi dengan epistimologi itu hampir sama, hanya saja kalau metodologi itu lebih terfokus kepada proses yang dilakukan untuk mencapai hasil atau untuk mencari tahu bahwa sebenarnya hal tersebut merupakan sebuah ilmu pengetahuan.
Selain proses diatas, kita juga bisa mencari cara sendiri untuk mencapai pembuktian bahwa hal  yang kita pertanyakan tersebut merupakan sebuah ilmu saintifik. Hanya saja, kita tetap terpaku kepada aturan yang sudah ada dan jelas. Bahwa sebuah ilmu pengetahuan saintifik itu hars terstruktur, rasional, empiris objektif dan lain sebagainya. kalau saja salah satu diantara syarat-syarat tersebut tidak dapat dipenuhi, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan saintifik.
Saintifik itu merupakan ilmu yang pasti sehingga mudah untuk mencari tahu apakah itu ilmu atau bukan, berbeda dengan ilmu sosial yang terlalu banyak objeknya sehingga sukar untuk diketahui apakah sebenarnya itu ilmu pengetahuan atau bukan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar