Metodologi
Metodologi merupakan sebuah cara
untuk memperoleh pengetahuan (Jujun S. Suriasumantri, 2001:105). Sebuah ilmu
dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena cara yang digunakannya sesuai
dengan metode yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Yaitu metode ilmiah.
Begitupun dengan scientific knowledge juga dikatakan sebagai scientific
knowledge karena metode yang digunakan
untuk memperoleh pengetahuan tersebut adalah metode ilmiah. Dimana
prosedur yang kita lakukan ini mencakup semua aspek mulai dari pola pemikiran,
pola kerja, cara teknis, dan langkah-langkah untuk menemukan pengetahuan baru
ataupun mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Namun Jujun juga mengatakan bahwa
sebenarnya tidak ada yang dinamakan dengan metode keilmuan formal maupun
non-formal yang dapat dilakukan oleh seorang ilmuwan untuk mengetahui apakah
satu hal tersebut termasuk kedalam ilmu pengetahuan atau tidak. Namun ada beberapa
cara atau prosedur yang dapat kita dilakukan dalam hal memperoleh suatu ilmu
tersebut (Jujun S. Suriasumantri, 2001: 105) :
1.
Sadar
akan adanya masalah dan perumusan masalah
2.
Pengamatan
dan pengumpulan data yang relevan
3.
Penyusunan
atau klasifikasi data
4.
Perumusan
hipotesis
5.
Deduksi
dan hipotesis
6.
Tes
dan pengujian kebenaran dari hipotesa.
Nah, karena kita membahas tentang
metodologi dalam saintifik knowledge, maka kita akan bahas satu-satu prosedur
tersebut jika dijalankan atau diterapkan dalam mencari pengetahuan saintifik
knowledge. Dimana kalau kita ingin membuktikan bahwa sebenarnya pengetahuan itu
merupakan scientific knowledge maka pengetahuan tersebut harus empiris,
rasional, objektif, mempunyai nilai bebas, parsimony (penyederhanaan),
mempunyai struktur (terstruktur), memiliki pola yang berulang, scientific
stratification, dapat diukur, dan yang terakhir adalah diakui oleh komunitas
scientific.
1.
Sadar
akan adanya masalah dan perumusan masalah
Dalam
pengetahuan saintifik, kita akan mengenal hal-hal yang berbau science atau ilmu
pengetahuan alam. Ilmu biasanya disebut sebagai ilmu pengetahuan karena metode
yang digunakannya sesuai dengan metode keilmuan yang digunakan untuk mencari
pengetahuan. Begitupun dengan pengetahuan saintifik.
Dalam prosedur
yang pertama ini, berarti kita harus menemukan atau harus sadar terlebih dahulu
akan sebuah masalah kemudian kita merumuskannya dalam suatu rumusan masalah.
Misalnya, kalau kita merasa sakit dibagian tenggorokan, maka apa yang harus
kita lakukan? Sakit tenggorokan, berarti kita sadar dengan permasalahan yang
kita hadapi. Sehingga setelah sadar, kitapun mencari sebuah rumusan masalah
untuk berusaha memecahkannya, “apa yang harus saya lakukan jika saya sakit
tenggorokan?” . Dan yang pastinya kesadaran akan masalah serta perumusan
masalah ini juga tentunya harus rasional.
2.
Pengamatan
dan pengumpulan data yang relevan
Setelah kita
mengetahui kerangka masalahnya, maka hal selanjutnya yang harus kita lakukan
adalah pengamatan dan pengumpulan data yang relevan. Kita harus mengamati
permasalahan tersebut, dan kita juga harus dapat menyederhanakan masalah
tersebut sehingga mudah untuk dimengerti oleh orang banyak dan tentunya kita
juga harus mengumpulkan data yang sifatnya rasional dengan permasalahan yang
kita ambil, masuk akal, dapat dilihat dan dapat diukur, sehingga para komunitas
ilmiah pun dapat mengakui kebenarannya.
Pengamatan ini
juga dapat dilakukan secara langsung atau yang disebut dengan observasi lansung
ke lapangan. Dengan demikian kita akan mudah mendapatkan data yang relevan,
karena kita sendiri terjun langsung ke lapangan.
3.
Penyusunan
dan klasifikasi data
Setelah
pengamatan dan pengumpulan data selesai, maka prosedur selanjutnya adalah
penyusunan dan klasifikasi. Akan tetapi menurut Jujun, yang paling ditekankan
dalam penyusunan ini adalah penyusunan data fakta dalam kelompok-kelompok,
jenis-jenis dan kelas-kelas. Misalnya data yang kita kumpulkan adalah tentang
bunga, maka kita harus mengelompokan bunga tersebut. apakah bunga itu termasuk
bunga anggrek, bunga mawar ataukah bunga melati. Itu adalah pengelompokan
berdasarkan jenis.
Kemudian contoh
lain, misalnya kita meneliti tentang beberapa penyakit dan gejalanya, maka hal
yang kita lakukan adalah meneliti atau menyusun dan mengklasifikasikan data
yang kita dapat. Apakah gejala A termasuk gejala penyakit B bukan? Apakah gejala
C merupakan gejala penyakit A bukan? Dan begitupun seterusnya.
4.
Perumusan
hipotesis
Setelah kita
menyusun dan mengklasifikasikan data tersebut, maka kita akan sudah mendapat
gambaran untuk perumusan hipotesis. Maka dalam langkah yang selanjutnya adalah
perumusan hipotesis. Hipotesis disini berguna untuk mengikat data relevan yang
tadi sudah diklasifikasikan. Sehingga nanti hasilnya akan berupa sebuah jawaban
atas pertanyaan atau perumusan masalah tersebut.
5.
Deduksi
dari hipotesis
Deduktif dari
hipotesis merupakan sebuah penarikan kesimpulan yang tadi sudah kita jawab
dalam hipotesis. Disini kita mengaitkan hubungan perumusan masalah dengan
hipotesis atau bisa juga disebut sebagai jawaban sementara. Rumusan diatas tadi
adalah tentang sakit tenggorokan, kemudian dalam pengumpulan data kita sudah
mencari tahu apakah penyebab dari sakit tenggorokan tersebut, kemudian
gejalanya apa saja sehingga disini kita dapat menarik kesimpulan dari hipotesis
tersebut.
6.
Tes
dan pengujian kebenaran dari hipotesis
Yang terakhir adalah tes dan
pengujian kebenaran dari hipotesis tersebut. kalaulah terbukti kebenarannya,
maka dengan demikian hal tersebut dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Dan
akan menjadi pengetahuan saintifik jika pengujian tersebut menghasilkan sesuatu
yang empiris, rasional, objektif, mempunyai nilai bebas, parsimony
(penyederhanaan), mempunyai struktur (terstruktur), memiliki pola yang
berulang, scientific stratification, dapat diukur, dan yang terakhir adalah
diakui oleh komunitas scientific.
Banyak langkah lain yang dapat
dilakukan untuk mencari tahu pengetahuan saintifik atau pengetahuan yang
lainnya. Dan hal yang lazim digunakan oleh orang-orang atau para ilmuwan antara
lain (jujun S. Suriasumantri,
2001:203-204):
1.
Observasi
2.
Hipotesis
3.
Ramalan
4.
Pengujian
kebenaran
Sebenarnya antara metodologi dengan
epistimologi itu hampir sama, hanya saja kalau metodologi itu lebih terfokus
kepada proses yang dilakukan untuk mencapai hasil atau untuk mencari tahu bahwa
sebenarnya hal tersebut merupakan sebuah ilmu pengetahuan.
Selain proses diatas, kita juga bisa
mencari cara sendiri untuk mencapai pembuktian bahwa hal yang kita pertanyakan tersebut merupakan
sebuah ilmu saintifik. Hanya saja, kita tetap terpaku kepada aturan yang sudah
ada dan jelas. Bahwa sebuah ilmu pengetahuan saintifik itu hars terstruktur,
rasional, empiris objektif dan lain sebagainya. kalau saja salah satu diantara
syarat-syarat tersebut tidak dapat dipenuhi, maka hal itu tidak dapat dikatakan
sebagai ilmu pengetahuan saintifik.
Saintifik itu merupakan ilmu yang
pasti sehingga mudah untuk mencari tahu apakah itu ilmu atau bukan, berbeda
dengan ilmu sosial yang terlalu banyak objeknya sehingga sukar untuk diketahui
apakah sebenarnya itu ilmu pengetahuan atau bukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar