Jumat, 15 Maret 2013

CRITICIZING WORLD POLITICS


Dalam studi Hubungan Internasional tentunya terdapat berbagai macam pendapat mengenai teori-teori Hubungan Internasional. Macam-macam perbedaan teori perspektif tentang studi akademi Hubungan internasional menjadi sangat berguna untuk memikirkan perbedaan teori sebagai penggambaran benar-benar dari perbedaan gambar dari politik dunia. Mereka semua mencari hal yang sama, akan tetapi disamping teori yang berbeda untuk menekankan perbedaan hal dalam gambar politik dunia pada umumnya.
Kompetisi gambar dari politik dunia : 1. Realism. Dunia terdiri dari kesatuan dan kedaulatan nation-state yang dioperasikan dalam sebuah persaingan swadaya lingkungan (anarki). 2. Idealism. Individu sebaiknya menjadi center dari sebuah teori politik internasional dibandingkan dengan negara. 3. English School. Negara merupakan aktor yang sangat penting dalam politik dunia.
Metodologi dalam Hubungan Internasional
Pendekatan metodologi klasik merupakan salah satu yang metode yang membenamkan dirinya sendiri kedalam subjek dan datang dengan hati-hati, mempertimbangkan analisi sesuai dengan pendalaman pengertian dari sejarah dan pilosofi (Bull 1969). Perpindahan bertingkat kearah yang lebih saintifik atau metode positivist adalah pertama melihat tulisan seorang penstudi realis seperti Morgenthau (human nature)  dan E.H.Carr. Kemudian ada juga Kenneth Waltz yang lebih bersih mengadopsi pendekatan untuk menemukan teori Hubungan Internasional sebagai post postivist empiricism. 
Post positivist dalam Hubungan Internasional antara lain :
1.    Critical theory
Dalam artikelnya (1981), Robert Cox membedakan 2 tipe teori. Yaitu teori problem solving dan critical theory. Teori pemecahan masalah diambil dari dunia sebagai apa yang ia lihat dan melihat tujuan dari teori seperti mempelajari dunia.
Critical theory mengangkat sebuah pertanyaan yang concern pada konstruksi sosial dari pengetahuan. Ini adalah sebuah ide bahwa apakah kita menyetujui sebagai pengetahuan refleks sebuah proses dimana masyarakat datang untuk menyetujui pasti pengetahuan menuntut lebih baik atau lebih benar dibandingkan dengan yang lain.
2.    Postmodernism
Postmodernism juga sebagai post strukturalis, dalam banyak halan teori post positivis sejajar lebih unggul. Post modernism paling banyak pada pinggir-pinggir disiplin. Kritik-kritik yang telah meratapi pemakaian dari teori bahasa yang lebih tinggi dari analisis postmodernism dan telah berubah menyerang standar saintifik. Kemudian postmodernism berargumen bahwa postmodernism tidak seharusnya dihakimi oleh standar yang sama sebagai positivist dan classical theory dari Hubungan Internasional. Pusat pemikiran postmodernis adalah percaya bahwa seseorang yang berlajar hubungan internasional tidak bisa dipisahkan dari objek studinya. Maka, ketika beberapa teori HI menekankan pada kebutuhan untuk penstudi yang melihat pada dunia dari value-free yang tidak berat sebelah, artinya objektif berdiri pada poin tersebut. Post modernism, meminta tujuan dari value free secara netral yang bisa dicapai.
3.    Feminism
Feminism berawal dari pertanyaan “dimana perempuan?” Likewise, Peterson, dan Runyan berargumen bahwa teori HI ingin meng-apply mata gender. Dalam kata lain, mempertimbangkan bagaimana pemikiran tentang gender yang mernyerang kita untuk kembali berfikir tentang studi HI. Perrman berargumen bahwa HI merupakan salah satu dari kebanyakan disiplin maskuilnitas.
Banyak feminisme juga yang telah menggambarkan metode postmodernism sebagai analisis tulisan dalam perintah untuk kembali menggagas prasangka maskulinitas yang membangun kedalam beberapa bahasa dari HI. Kemudian, kritik spesifik adalah terdiri dari teori-teori mainstream dari IR, diantaranya neo-realis yang mengadopsi metode positivist. Seperti postmodernism, banyak feminis yang menganjurkan bahwa HI tidak pernah bisa direncanakan dalam sebuah bebas nilai, gaya objektif. Robert Keohane misalnya, berargumen bahwa para penstudi feminisme membutuhkan pembangunan yang lebih bersih lebih saintifik dari program reaserch. Dan akhirnya, feminisme mengangkan tema tentang level abstraksi dari teori-teori HI, misalnya neo-realism.
4.    Contsrtuctivism
Konstruktivis embagikan pandangan bahwa semua pengetahuan dari dunia itu adalah “socially constructed”. Politik internasional pada dasarnya adalah sebuah refleksi dari ide orang-orang tentang dunia dari pada refleksi dari kekuatan penting dari bayangan pengalaman orang-orang di dunia. Kemudian kepercayaan inter-subjek antara lain refleksi dari bagaimana gagasan sosial negara dari bayangan identitas seorang aktor, kepentingan mereka dalam politik internasional.
Dalam hal ini, kita dapat melihat perbedaan diantara konstruktifis dengan tradisi lain di HI. Pertama, kontraktivis berbeda dari pendekatan positivis pada HI, misalnya neo-realis lebih menekankan pada peran material dari anarki internasional dalam struktur sebuah aktor. Misalnya negara. Neo-realis melihat struktur sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah. Anarki untuk mereka adalah sebuah kondisi dasar dari politik internasional. Pengertian konstruktivis dalam politik internasional membuka beberapa kemungkinan untuk berubah karena jika anarki ada pada dasar akar kepercayaan inter-subjektif dalam kegiatan manusia kemudian mereka bisa menjadi lebih penting. Akan tetapi dengan menyetujui bahwa anarki mempunyai sebuah kualitas struktural, sekalipun intersubjek melebihi marerial, critics mengusulkan bahwa Wendt menyokong sebuah pendekatan yang melihat pada konstuksi dari sebuah identitas negara secara asli pada masa dimana hubungan negara dengan negara lain pada sistem dan critics berargumen bahwa dia gagal untuk mempertimbangkan bagaimana sebuah formasi identitas negara juga menggambarkan proses domestik.
Kedua, kita harus menggambarkan perhatian pada jalan dimana konstruktifis berbeda dari postmodernism. Ketegangan antara kedua perspektif tersebut sangat penting dari sosial konstruksi. Bagaimanapun, untuk postmodernism, sebuah seruan dari sosial konstruktivis berbohong pada jalan dimana persetujuan dari sebuah gagasan sosial alami dari dunia bisa memungkinkan kita untuk mengubah kepercayaan pusat, nilai-nilai, dan cara untuk mengetahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar