Realis merupakan faham yang
mempunyai anggapan bahwa manusia itu bersifat pesimis dan juga buruk. Tidak seperti
halnya Realis, idealis menganggap bahwa semua manusia itu bersifat baik.
padahal pada kenyataannya memang tidak semua manusia itu baik. Terkadang
manusia membuat suatu masalah yang akhirnya menyebabkan perang. Idealis itu
terlalu mengagung-ngagungkan sebuah mimpi yang sebenarnya belum tentu dapat
tercapai oleh kita. sedangkan realis itu hanya menekankan pada hal-hal yang
real-nya saja. pada dasarnya pemikiran realis ini berjalan dengan asumsi bahea
politik dunia itu berkembang dalam anarki internasional : yaitu sebuah sistem
tanpa adanya kekuasaan yang berlebihan kemudian tidak ada pemerintahan dunia.
Jadi dunia ini berjalan seperti apa adanya, tanpa adanya sebuah pemimpin
tunggal atau sebuah pemerintahan atau kekuasaan lainnya di dunia internasional.
Meski negara-negara di dunia ini banyak, tapi bukan berarti harus ada sebuah
pemerintahan untuk mengatur negara-negara tersebut.
Nah, dalam hal ini juga perang
merupakan salah satu ide dan asumsi dasar dari realis, yaitu pada dasarnya
hubungan internasional itu merupakan konfliktual dan yang menjadi pengakhir
atau penyelesai dari hal ini yaitu dengan perang. Jadi saking jahatnya manusia
maka tidak ada hal lainnya lagi kecuali perang untuk menyelesaikan konflik
suatu bangsa dengan bangsa yang lain itu. selain itu, yang menjadi ide atau
asumsi dasar dari realis ini yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan
nasional dan keamanan suatu bangsa kemudian skeptisime sebagai dasar tentang
kemajuan politik internasional[1].
Diantara tokoh-tokoh serta konsep
yang lain, yang paling saya suka adalah konsep Machiavelli dalam bukunya ”The
Prince”, bahwa seorang pemimpin itu harus seperti singa dan juga seperti
srigala.
Seorang penguasa dikatakan harus
menjadi seperti singa, karena dalam hal sebuah negara itu harus mempunyai kekuatan layaknya seekor
singa yang ditakuti oleh seluruh penghuni hutannya sebab jika suatu negara itu
dikatakan lemah maka negara tersebut bisa menjadi bahan jajahan atau akan
dihancurkan oleh negara lain. Kemudian, seorang penguasapun harus menjadi
seekor rubah. Karena untuk menjadi sebuah negara yang dapat ditakuti oleh
negara lain, kita harus cerdik bahkan kalau perlu harus menjadi seorang
penguasa yang kejam dalam mengejar kepentingannya sendiri. Karena kalau
misalnya seorang penguasa dalam sebuah negara itu tidak cerdik, maka akan dapat
dibohongi oleh negara lain, kalah bersaing dalam segala hal dan lain
sebagainya.
Kemudian,
terkadang buku machiavelli ini menggambarkan sebuah kisah yang memang sangat patut
sekali untuk kita contoh. Karena dalam hal ini diceritakan tentang
perjuangan-perjuangan didalam sebuah negara yang kacau balau serta carut marut.
Namun ternyata karya machiavelli ini menjadi sebuah pertentangan atau bahkan
dianggap sebagai buku yang menyesatkan karena dalam buku ini tidak diceritakan
tentang kelepastanganan seorang pemimpin atau pelepasan tanggung jawab seorang
penguasa mengabaikan tanggung-jawab. Penguasa tidak hanya
bagi mereka sendiri atau bagi rejim personalnya tetapi juga bagi negeri dan
warganegaranya: apa yang
dianggap Machiavelli, membayangkan Florence sebagai
‘republik’.
Dalam hal ini, maka sisi baik yang dapat kita ambil
dari konsep ini adalah seorang penguasa itu harus menjadi seperti sosok seorang
singa dan rubah karena dalam hal ini masyarakat tergantung pada penguasanya.
Khususnya dalam hal kebijakan luar negeri. Karena jika politik dalam suatu
negara itu buruk maka tidak menutup kemungkinan bahwa rakyatnyapun buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar