Dalam bab ini dapat kita ketahui
bahwa istilah ekologi itu didefinisikan sebagai “science of planetary
housekeeping” oleh Barry. Istilah ekologi ini berarti tentang bentuk pelajaran
kehidupan di rumah. Sedangkan menurut bangsa Yunani ekologi adalah hubungan
antara manusia dengan lingkungannya.
Para kaum feminis melihat ekologi
dengan ambivalence. Kebanyakan mereka mencurigai ekologi serta ekofeminism
karena mereka menganggap hubungan antara alam dengan perempuan itu kuno, mereka
yakin bahwa hal itu merupakan dasar penindasan wanita. Ekofeminis percaya bahwa
penindasan perempuan dan dominasi alam merupakan bentuk atau hasil dari
patriarki, Ecofeminis juga mengklaim bahwa sambungan alam dan perspektif
ekologi feminis ini dapat menawarkan pengetahuan baru.
Sejak kelahirannya pada abad ke 17,
sistem negara yang modern mempunyai hubungan yang uneasy dengan lingkungan
alamnya, sumber daya alam dan letak geografis dilihat sebagai sumber untuk
meningkatkan kekuasaan negara dan kekayaan. Penulis feminis seperti Carolyn
Merchant dan Evelyn Fox keller mendeskripsikan perubahan fundamental dalam
sikap komunitas ilmu barat kearah lingkungan alam yang dimulai juga pada abad
ke 17.
Isu-isu lingkungan juga meningkat
secara garis besar. Namun bagaimanapun, beberapa pemikiran baru dalam hubungan
internasional dimulai dari sebuah asumsi pertanyaan.
Tapi walaupun banyak pertanyaan
tentang pemikiran baru, asumsi optimis dari pengetahuan enlightenment tentang
kemampuan rejuantive alam untuk menyediakan sumber tidak terbatas untuk
perkembangan manusia. Hanya ekologis dan ekofeminislah yang telah mengambil
lebih banyak cara radikal.
Teks
politik Hans morgenthau’s di antara bangsa-bangsa membahas kurangnya perhatian
terhadap lingkungan, kelalaian yang umum bagi banyak teks-teks tradisional
dalam hubungan internasional. Morgenthau membahas sumber daya alam hanya dalam
istilah dari peran mereka sebagai unsur penting kekuasaan negara. Dia
menekankan pentingnya sumber daya alam swasembada sebagai penting untuk
kekuasaan nasional, terutama dalam masa perang. Ia menjelaskan pergeseran
sejarah yang dramatis seperti hilangnya timur dekat (Near East) dan afrika utara sebagai pusat kekuasaan, yang
disebabkan oleh penurunan produktivitas pertanian. Konsisten dengan tradisi
geopolitical barat pada awal abad ke-20 , morgenthau mengklaim bahwa pihak amerika serikat berhutang
statusnya sebagai sebuah kekuatan besar di bagian yang menguntungkan posisi
geografis dalam sistem internasional. Sebagai daratan yang luas yang di apit
oleh laut dikedua sisinya, Amerika Serikat telah berada di posisi strategis dan
menguntungkan pada paruh waktu abad ke-20, terutama untuk tujuan
membuat ancaman nuklir yang kredibel.
Morgenthau
mengatakan sumber daya alam dan geopolitik menggambarkan cara lingkungan alam
telah dilihat dalam tradisi-tradisi dominan teori hubungan internasional Barat.
Dalam sistem internasional hirarkis, akses ke sumber daya alam dan posisi
geografis telah menguntungkan
elemen-elemen kunci untuk pencapaian kekuasaan negara, untuk orang-orang dengan
kemampuan yang dapat melakukannya, aset ini harus dilindungi melalui cara
militer dan meningkatkan ekspansi ke luar negeri atau penaklukan , jika
diperlukan .
Mitos
State-of-nature, digunakan oleh sejarawan
realis untuk menjelaskan dan meresepkan untuk perilaku negara dalam sistem
internasional, ini telah diperkuat dengan mendominasi dan eksploitatif sikap
terhadap alam. Metafora yang menggambarkan lingkungan alam liar tanpa
mengendalikan lembaga-lembaga politik, , “the
war of everyman against avaryman,” permintaan meningkatkan batas-batas yang
kuat untuk melindungi ruang domestik dan menjinakkan/menangkal pasukan luar
yang tak terkendali. Negara dengan kapasitas dapat melakukannya mungkin
bergerak melampaui batas-batas ini untuk menuai karunia alam melalui
proyek-proyek ekspansi dan penaklukan.
Sumber
daya alam memiliki peranan penting dalam suatu Negara, karena guna memenuhi
kebutuhan negaranya dibutuhkan sumber daya alam guna produksi primer dan
sekunder. Dengan sumber daya alam melimpah maka dapat meningkat juga tingkat
ekonomi suatu Negara apabila memiliki kemampuan untuk mengolah sumber daya
tersebut menjadi barang mentah atau barang jadi yang dibutuhkan oleh pasar
domestic dan internasional. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu Negara maka
semakin besar juga power atau
pengaruh Negara tersebut di pasar internasional.
Kemudian
naturalisasi yang lemah diabad ke-17 memudahkan untuk munculnya modernisasi di
Eropa. Dalam buku The Death of Nature, Carolyn Merchant merubah kebiasaan yang
bersifat subjektif dan tak mendasar dengan perspektif yang lebih ilmiah.
Dikarenakan manusia sekarang lebih banyak didominasi oleh perspektif petuah
zaman dulu. Bila dilihat dari sejarahnya pada masa Yunani dan ajaran Kristen,
bahwa perspektif petuah (yg pada
akhirnya menjadi biasa dan diterima masyarakat) terdapat dalam perilaku setiap
orang dan lingkungan sosialisasi. Terutama hal ini banyak ditujukan kepada
perempuan, karena perempuan merupakan sosok yang memiliki peran dalam
regenerasi manusia. Namun, perspektif petuah bila dilakukan dengan salah hanya
akan menjadi kekacauan. Di abad ke-17 perspektif petuah mengalami perkembangan
menjadi lebih terkonsep dan ilmiah. Ini bertujuan untuk menciptakan teori yag
lebih mendasar. Perubahan makna ini sudah dapat dilihat dari penciptaan dalam
pemunculan ilmu dan pengetahuan baru, yang diukur secara teratur dan rasional dengan
hukum yang dijalankan supaya tujuan utama sekularisme dapat dilakukan.
Perilaku
licik dan anarkisme melemahkan pergerakan masyarakat eropa yang modern. Didalam
bukunya The Animal Estate, Harriet Ritvo menjelaskan pemberlakuan HAM dan
kebebasan memudahkan penyebaran perilaku anarkis. Pada abad ke-19 perilaku
anarkis tidak akan berlangsung lama, perilaku tersebut akan mati oleh perilaku
mereka sendiri. Perilaku seperti ini merupakan objek manipulasi untuk melakukan
kehancuran. Beberapa pemikir feminist beranggapan bahwa pendikotomian gender
akan mempengaruhi dalam pendomoinasian dunia. tak bisa dipungkiri perilaku
licik akan terus berkembang seiring dengan kepentingan yang dimiliki.
Didalam
feminist kedudukan tergambar melalui hirarki, dan kedudukan wanita lebih tinggi
dari pada laki-laki. Salah satu hal yang mempengaruhi tindakan para penganut
feminist dipengaruhi oleh tindakan naturalist dan animalist. Paradigma ini
muncul sebagai pemberontakan akibat ketidakstabilan hirarki antara laki-laki
dan perempuan. Kelemahan posisi perempuan merupakan akibat dari perilaku sosial masyarakat. Francis Bacon
menujuk perhatian pada sosok wanita, penahlukannya, pembentukan dan
pelemahannya melaui pemikiran ilmiah. Menurut baron bahwa tujuan pelemahan
perempuan agar semua perempuan pada setiap zamannya akan selalu tahluk dan
jinak kepada laki-laki. Ini disetujui oleh William Leis bahwa semuanya
tergantung dari penguasaan terhadap petuah yang ada. Petuah yang menyebabkan
pelemahan bagi kedudukan seorang perempuan, maka tak heran apabila laki-laki
memiliki dominasi terhadap sistem dari Eropa hingga seluruh dunia.
Ini
menambah kejelasan bahwa sebenarnya tujuan utama pembentuksn ilmu modern adalah
dengan mendominasi pemikiran berupa petuah yang berkembang dengan alamiah.
Pemikiran petuah ini hanya dapat terpakai untuk negara penganut feminists,
namun tidak pada negara maskulin. Dalam metafora gender digunakan sebagai
perlawan dari para perempuan. Dengan perkembangan perilaku perempuan hal ini
diharapkan akan membantu perempuan dalam mendominasi sistem internasional.
Posisi wanita yang seakan terkurung oleh
pemikiran akan petuah(takhayul)lah yang membuat mereka seakan memberontak
dengan kehidupan sosial yang ada.
Perkembangan
dunia yang menuju ekonomi kapitalisme membutuhkan eksploitasi sumber daya yang
sangat besar. Dengan tujuan untuk menguasai pasar dan mendapatkan kekayaan
material yang meningkat. Dan hal ini memaksa perempuan untuk dapat melakukan
keduanya. Sehingga pada akhirnya fokus utama mereka sebagai seorang wanita
didalam rumah tangga tidak dilakukan dengan baik, yang berakibat kehancuran
didalam tumah tangganya sendiri.
Dalam bagian
“The Domination of nature Globalized” dijelaskan tentang dominasi pria dalam
sifat global dimana (ia) banyak
memberikan contoh tentang proses dan dampak dari ekspansi bangsa-bangsa Eropa
terhadap bangsa asli Amerika. Latar belakang dari ekspansi tersebut yaitu bahwa timbulnya ekonomi pasar dan kebutuhan
untuk mengembangkan base sumber pendapatan bersama-sama dengan visi ilmiah baru
menjadi sangat penting bagi negara-negara dalam sistem internasional untuk
mengembangkan melebihi batas Eropa. Bangsa-bangsa Eropa kala itu mulai
melakukan ekspansi keluar untuk mencari sumber daya alam baru bagi perkembangan
industri mereka. Pada abad ke 16 mereka mulai membuat kapal-kapal besar yang
menyebabkan kekurangan yang sangat parah akan kayu di berbagai belahan Eropa. Krisis
ekologis ini pun kemudian menyentuh dimensi global dimana visi kemanusaan akan
penaklukan alam telah meluas dari bumi bahkan keluar angkasa, dimana mereka
mulai berencana untuk melakukan penambangan di bulan.
Dalam
sistem internasional dengan memasukkan konsep kedaulatan dari setiap unit
politik, gagasan dunia sebagai sumber kekuatan utama, tidak dapat diacuhkan,
membawa pada kompetisi dan konflik
politik. Ekspansi dan imperialisme Eropa sebagai perkembangangan ilmiah menjadi
sebuah pembenaran untuk projek
imperialis. Demikian dengan posisi yang lebih rendah ditugaskan kepada
perempuan dan sifat di era awal Eropa modern telah meluas kepada anggota dari
budaya dan bangsa lain.
Harriet
Ritvo berpendapat bahwa pertumbuhan diktonomi antara domestik dan bianatang
liar di Eropa seringkali disamakan
dengan diktonomi antara pemberadaban dan pembiadaban dalam masyarakat manusia. Ia mencontohkan dengan pembukaannya sebuah
kebun binatang yang terdiri dari berbagai binatang liar dari seluruh dunia di
London Inggris pada tahun 1828. Proses penjinakan tersebut secara
berangsur-angsur menempatkan manusia, bangsa Eropa dan penduduk asli serupa,
terpisah dari sifat dasarnya. Walaupun penduduk asli Amerika tetap menjalin
hubungan yang baik dengan binatang dalam pikiran orang Eropa, tetapi dibawah
hirarki politik dan sosial bangsa Eropa, penduduk asli Eropa mulai melihat
dirinya jauh dari sumber daya alam dan jauh dari sifat dasarnya.
Fase
selanjutnya dalam revolusi ekologi ini adalah perubahan atau pergantian sektor
pertanian menjadi sektor industri manufaktur. Sejalan dengan perubahan ini,
faktor produksi dan reproduksipun terbagi kedalam dua wilayah yang berbeda, dan
perempuan didefinsikan oleh fingsi reproduksi mereka kedalam bidang
privat. Pertanian komersial kebanayak
dilakukan oleh kaum laki-laki sebagai kekuatan mekanik abstrak wajib dalam sifat
manajemen, sedang sifat perempuan sebagai ibu mundur kedalam bidang privat
dimana mereka mengaharapkan menjadi penegak nilai-nilai moral yang tidak
memiliki tempat dalam ekonomi pasar.
Rivto
juga menuliskan dalam text Zoology-nya, dimana ia mendeskripsikan Afrika, bahwa
di semua negara dimana laki-laki
sebagian besar barbar (liar), dan sebagian besar binatang kejam dan galak.
Carolyn Merchant menegaskan bahwa oleh 1700 ‘alam, perempuan, orang-orang
hitam, gaji buruh telah ditempatkan kearah
sistem dunia modern.’ Dan ‘ tanah-tanah kosong menjadi tempat bagi
penaklukan dan penempatan bangsa Eropa’. pada kenyatannya ruang tersebut sama
sekali tidak kosong tetapi diduduki oleh orang-orang dengan hubungan yang
sangat berbeda dengan lingkungan alamiah mereka. Ekspansi dalam sistem negara
Eropa diperuntukkan pada revolusi ilmiah dan mekanisme etikanya kearah sifat
mulai mengambil dalam dimensi global yang memberikan keterlibatan bagi tradisi
ekologi non-barat yang kebanyakan telah hilang dan menjadi budaya imperialisme
barat.
Sebelum
kolonialisasi Eropa, populasi bangsa asli Amerika hidup dalam komunitas subsistansi yang
menhormati sumber daya alam sebagai hadiah yang diberikan oleh alam untuk
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dimana manusia dan binatang dihidup dalam
keterjalinan dalam siklus waktu dan ruang. Sejalan dengan pendudukan Eropa
di wilayah tersebut dan melihat hal
tersebut sebagai hal pemborosan dan liar, kemudian diubahnya menjadi jinak dan
meningkatkan proyek yang membutuhkan keahlian budaya superior.
Pada
intinya yang ingin disampaikan penulis dalam bagian ini yaitu bahwa didasarkan
pada penilaianya atas sistem internasional yang mengandung anarki,
bangsa-bangsa yang di dunia ketiga, seperti Amerika pada saat itu, secara
berangsur-angsur berubah perspektifnya terhadap alam, begitu pula gagasannya
terhadap kaum perempuan dimana perempuan dianggap dan hanya dimasukkan sebagai
sektor privat saja. Sedangkan para perempuan, yang sifat dasarnya sebagai
seorang ibu, ingin menjadi penegak dari nilai-nilai moral itu sendiri dimana
kaum pria mulai melupakannya sebagai
akibat dari imperialisme dan tuntutan untuk menuju industrialisasi dimana
mereka merasa bahwa mereka merupakan faktor penting dalam mekanismenya.
Nature and The Reconceptualization
of Geographic Space
Dalam
chapter ini dibahas mengenai konsep Geopolitik dimana perubahan spasial juga
merupakan perubahan kekuatan. Negara merupakan organisme hidup yang butuh untuk
untuk berkompetisi dan mencari lahan baru, dengan pengaruh konsep Darwinisme.
Dalam
chapter ini juga dibahas mengenai konsep Leviathan-Thomas Hobbes dimana sistem
internasional merupakan bentuk anarki. Dan dalam Leviathan dijelaskan bahwa
pada abad ke 17 persepsi mengenai alam semesta merupakan organisme berubah
menjadi mekanisme. Dan pencapaian konsep mekanisme yang paling signifikan
sebagai cara pandang yaitu mengatur kembali disekitar maskulinitas antara
aturan dan kekuasaan.
Terdapat
penggambaran sesuatu yang paradoks dimana pencarian akan keamanan nasional,
yang melibatkan pencarian sumber daya alam dengan berusaha mendominasi ruang
global, merupakan proses sejarah yang justru ikut berkontribusi dalam
mengurangi keamanan lingkungan nasional. Paradoks ini yang membuat pelajar Ilmu
Hubungan Internasional kembali mengkonsep keamanan dalam masalah ekologi dan
berusaha menantang formulasi klasik dari ruang geografis.
Batasan
(boundaries), keamanan (security), dan pengendalian terhadap sumber daya alam
(command over natural resources) merupakan hal-hal yang sangat terkait dengan
lingkup geopolitik dimana suatu negara harus dilindungi dari ancaman
eksternal dengan menggunakan keamanan
atau militer yang kuat, dengan mengedepankan batas negara sebagai bentuk
penghalang terhadap ancaman yang datang. Menurut pandangan yang mengedepankan
aspek geopolitik atau National Security ini menganggap bahwa dengan mampu
mengendalikan sumber daya alam sebagai alat untuk memakmurkan warga negaranya
dan untuk mensejahterakan negaranya agar mampu bersaing dalam lingkup global.
Semakin
berkembangnya isu lingkungan yang merebak menjadi topik pembicaraan global,
muncullah apek environmental security
yang memperhatikan makna boundaries
yang berbeda dari pemaknaan yang diberikan oleh aspek national security. Aspek environmental security ini sangat
mengedepankan bahwa dunia tidak memiliki batasan yang nyata, dimana dunia bukan
hanya berisi manusia dengan segala aktivitasnya yang selalu mementingkan
persoalan keamanan semata, akan tetapi dunia merupakan milik bersama yang
berisi mahluk hidup yang terdiri dari manusia, tumbuhan, hewan dan seluruh alam
seperti awan, lautan dan tanah yang merupakan lingkungan yang harus dijaga
bersama-sama dan hidup saling berdampingan satu sama lain.
Pandangan
ecological ini menjadi sebuah pandangan baru yang menyusul pandangan keamanan
nasional sebagai bentuk dari keamanan lingkungan. Di dalam pandangan tersebut
juga menyebutkan bahwa batas negara merupakan hal yang sia-sia dikarenakan
tidak mampu menjaga mereka dari ancaman lingkungan atau ancaman ecological.
Keamanan lingkungan tersebut berbeda dengan pandangan keamanan nasional yang
telah disebutkan sebelumnya yang lebih menguatkan batas negara sebagai bentuk
perlindungan dan perisai terhadap ancama eksternal, yang ternyata tidak mampu
melindungi dari ancaman lingkungan. Yang dimaksudkan ancaman menurut keamanan
lingkungan adalah masalah terhadap lapisan ozon yang semakin menipis yang dapat
mengancam kelangsungan hidup manusia, polusi air yang terdiri dari polusi laut
sungai bahkan polusi terhadap air yang dikonsumsi masyarakat di berbagai belahan
dunia.
Selain
itu, di dalam pandangan ini juga menjelaskan bagaimana kita harus melihat dunia
bukan sebagai suatu pulau-pulau yang terdiri dari negara-negara yang saling
berbatasan, tetapi dunia sebagai satu unit global yang saling berbagi dalam 1
atmosfir dan dikelilingi lautan yang sama. Sehingga pada intinya dunia dianggap
sebagai milik bersama tanpa harus dilihat adanya batas negara yang membatasi
satu negara terhadap negara yang lain. Untuk itu kerapuhan ekosistem di dunia
ini tidak dapat dijaga oleh adanya batas negara tersebut. Permasalahan seperti
global warming memang menjadi masalah diseluruh belahan dunia tanpa memandang
adanya batas negara.
Selanjutnya
mengenai kekuatan militer yang dianggap oleh aspek national security sebagai
pelindung dari ancaman eksternal, menurut pandangan environment security,
justru kekuatan militer yang dianggap “penyelamat” tersebut merupakan ancaman
ataupun salah satu hal yang ikut berkontribusi dalam degradasi lingkungan.
Contohnya, Nuklir. Nuklir merupakan salah satu senjata pemusnah masal yang
diketahui sebagai power dalam militer
suatu negara. Seperti di Korea Utara dalam pelaksanaan uji coba nuklir di
negaranya, itu merupakan sebuah ancaman besar bagi masyarakt di negaranya
sendiri dan negara-negara tetangga, bahwa dengan adanya uji coba nuklir
tersebut, jika gagal, mampu memusnahkan dan memberikan efek buruk yang panjang
bagi mahluk hidup serta lingkungan. selain itu juga sampah atau limbah buangan
dari senjata militer yang mayoritas di dalamnya adalah bahan kimia yang mampu
merusak lingkungan merupakan sebuah ancaman terhadap kelestarian lingkungan itu
sendiri.
Disamping
dari pemahaman tentang pandangan terhadap satu kesatuan dunia dan kerentanan
lingkungan di dalamnya, terdapat pandangan Mother
Earth yang menciptakan persepsi batasan antara utara dan selatan, kaya dan
miskin, laki-laki dan perempuan. kaum borjuis atau kaya dalam memandang ancaman
lingkungan adalah menipisnya lapisan ozon, sedangkan kaun proletar menganggap
kesulitan akses air bersih dan erosi tanah merupakan ancaman lingkungan yang
nyata bagi mereka karena itu dapat mengancam eksistensi kehidupan sehari-hari
mereka.
Perempuan
adalah kaum yang paling sering menjadi korban dari degradasi lingkungan di
seluruh dunia. Seperti yang terjadi kepada negara dunia ketiga, banyak
perempuan yang mencari kayu dan air dan bertanggung jawab akan menyediakan air
yang bersih dan layak minum bagi kebutuhan rumah tangganya. Selain itu, di
beberapa daerah rural di berbagai belahan dunia, perempuan mengangkut kayu yang
beratnya 30-35 kg dan berjalan hampir 10 km menuju tempat tinggalnya. Kerusakan
lingkungan tersebut juga mengancam system reproduksi perempuan, seperti yang
terjadi di Bhopal, India pada tahun 1984, banyak wanita yang melakukan aborsi
kepada kandungan mereka dikarenakan ketakutan terhadap bocornya gas beracun di
salah satu pabrik setempat yang dapat menyebabkan cacat bagi bayi bahkan kematian. Setelah peristiwa tersebut
bermunculan protes dari kaum perempuan untuk memperjuangkan hak mereka untuk
memiliki anak dan membesarkannya. Karena perempuan adalah kunci dari aktivis
lingkungan juga tumpuan dunia untuk melanjutkan kehidupan dengan melahirkan
anak-anak yang mampu meneruskan jejak orang-orang sebelumnya untuk menggerakkan
roda kehidupan di dunia.
An Ecological Perspective on
Security
Sains dari
ekologi sendiri adalah interdisciplinary dan multidimensional. maksud dari itu
adalah bahwa semua makhluk hidup adalah bagian dari ekosistem yang dimana
semuantya terhubung. Para ekologi menyatakan bahwa populasi dan lingkungannya
adalah saling berhubungan satu sama lain. Para
ekologi juga mengatakn bahwa dengan mengerti secara keseluruhan, mugkin kita
bisa menyelesaikan masalah – masalah ekologi. Seperti seorang dengan pikiran
feminist, banyak para pakar ekologi adalah hal yang penting atau essensial
dalam modern society atau komunitas modern. Mereka juga menyarankan bahwa nilai
dari sebuah komunitas modern atau modern society berdasarkan model yang tidak
sempurna dalam kemanusiaan.
Moderenisasi,
yang menuju sebuah sikap perusak, telah membuat sains dan teknologi hilang
kendali dan membuatlingkungan yang buruk sekarang. Moderenisasi sendiri adalah
produk dari pengembangan Eropa. Moderenisasi sendiri adalah produk Eropa yang
dikembangkan di negara dunia ketiga atau negara – negara berkembang, dimana
pengembangannya menggunakan SDA yang ada di negara berkembang tersebut. Irene
Dankelman dan Joan Davidson mengatakan bahwa proyek – proyek seperti Green
Revolution buatan negara – negara Eropa, malah mengancam keadaan lingkungan
sekitar. Zaman modern ini, negara- negara diduia banyak yang menggunakan
teknologi – teknologi modern untuk mendapatkan gas alami yang tersedia di dalam
tanah, tetapi ini mlaha akan menimbulkan bencana dan sebetulnya ini sudah tejadi.karena
unutk mendapatkannya harus dilakukan yang disebut fracking. Dan juga dibutuhkan
fracking fluid, yang mengandung sekitar 596 cairan kimia dan membutuhkan
sekitar tujuh juta galoon air bahkan lebih dan semua ini malah membuat air
disekitar tmpat itu menjadi terkontaminasi dan tidak bisa diminum.
Ekologi
adalah elemen yang penting dalam management lingkungan secara umum. Para pakar
kologi juga percaya bahwa jika semua kepengatahuan tidak hanya dimiliki oleh
para experts atau ahlinya, sistem ekologi bisa di implementasikan. Karena jika
tidak semua tahu aakan hal ini dan hanya para ahlinya yang tahu maka banyak
yang tidak tahu harus melakukan apa. Para pakar ekologi juga percaya bahwa
dengan perubahan yang fundamental dalam hubungan antara manusia dengan alam
kita bisa mencapai keamanan ekologi.
Poin Murray Bokchin untuk sttur
hirarki dari mewujudkan dunia kontemporer diatas dominasi laki-laki, wanita dan
alam. Bokchin mengklaim bahwa pemikiran hirarki barat yang menaikan kekuasaan
laki-laki, mengevaluasilan perempuan
oleh asosiasi mereka dengan mengevaluasi
gambaran dari alam. Peradaban barat telah menguatkan subjugasi dari pernyataan
perempuan bahwa mereka lebih dekat dengan alam dibandingkan dengan laki-laki,
kemudian budaya dualism harus dihadapi dibandingkan dengan dengan diabaikan.
Hanya dengan mencari untuk menanggulangi dualism yang bersifat hirarki dapat
kita pindahkan kearah hubungan yang lebih harmonis dengan lingkungan alam kita.
perempuan tidak hanya sebagai korban dari degradasi lingkungan tetapi juga
sebagai agenyang harus berpartisipasi secara seimbang dalam penyelesaian
masalah tersebut. perspektif feminis secara ekologis menyatakan bahwa tidak
hanya hubungan hirarkis antar manusia dan alam yang telah berkembang dalam
pandangan dunia ini tetapi meluas terhadap ketidak seimbangan hubunngan
interaksi dengan berbagai bentuk dominasi dan subordinasi termasuk hubungan
gender.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar